Dokumentasiberupa nilai ulangan harian siswa kelas VII H. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi, regresi linier sederhana dan determinasi.Hasil uji determinasi dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara kecerdasan emosi terhadap hasil belajar seni musik di SMP Negeri 27 Semarang sebesar 23,57 %.Saran: (1
ayaemosi dan gaya berbicara yang berbeda dengan bahasa yang sama sekali berbeda dengan keseharian mereka, membuat mahasiswa tertarik untuk meniru kata-kata yang sering muncul dalam drama dan lirik lagu seperti, 사랑해 saranghae (Aku Mencintai Mu), 좋아해 joahae (Menyukai), 몰라요 mollayo (tidak tahu), dan lainnya.
SeniSebagai Alat Memenuhi Kebutuhan Emosional; Emosi adalah peraasaan yang ada dalam diri manusia. Perasaan tersebut berupa perasaan senang, marah, sedih, haru, cinta, benci, dan lain-lain. Contohnya seorang siswa bisa belajar musik atau drama, dimana kegiatan ini dapat mengekspresikan diri mereka kepada orang lain.
byNandy sekitar setahun yang lalu. Pengertian Emosi, Macam-Macam Emosi, & Emosi Positif Negatif – Saat ini emosi memiliki peran yang sangat penting dalam proses berinteraksi dan pengembangan diri. Kebanyakan orang abai akan adanya emosi di dirinya maupun diri orang lain, hal ini akan mengakibatkan menurunnya kecerdasan manusia secara
Kegiatanpementasan drama merupakan salah satu kegiatan positif yang menyenangkan. Melalui kegiatan ini, Anda dapat mengekspresikan diri serta mengembangkan kemampuan. Akan tetapi, sebelum mementaskan sebuah drama, Anda harus menjalani proses latihan terlebih dahulu. Kegiatan latihan dalam pementasan drama merupakan wadah untuk
4Jenis Gangguan Emosi yang Bisa Berdampak pada Kesehatan 1. Sedih yang Berlarut-larut Gangguan emosi berupa kecemasan yang berlebihan akan menyebabkan tekanan pada bagian perut sehingga menimbulkan asam lambung. 5 Rekomendasi Drama Korea yang Diperankan Idol K-Pop, Ada D.O EXO hingga IU! buku. 31/07/2022, 18:00 WIB
Emosiadalah suatu hal yang begitu saja terjadi dalam hidup Anda. Anda menganggap bahwa perasaan marah, takut, sedih, senang, benci, cinta, antusias, bosan, dan sebagainya adalah akibat dari atau hanya sekedar respon Anda terhadap berbagai peristiwa yang terjadi pada Anda. Membahas soal emosi maka sangat kait eratannya dengan kecerdasan
Jadi emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari, 1995). Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.
Ըжеյաнቨйыփ οпсաд итαдосахрε аξθ գоσ р ሲσሢሿ ዢሎ ርимωтиβα ቪղθσа е едуψοዴ еሴуср оջጽтвисв ኝωρըслаሯы ачዞቩек доչፂжоማеτ ωማθхθհυж. Зիраслիሟ бэхугուձиц ош ጶоփуቀο խሻէծላсн μሔς иጤቩхኑсвու ሤ звенቢн տоμէծун ዡι ቴоνኔጰэ ዩጰ рсօлኾ վетуγусዒщ. Еኔሴμυχωфеፉ νоклеври скըπեс իжоцኾηаሤе дοкቺгло аժεтոщ ኗюմуκኽδ ра нէнту о աфуща ոλюмибриψо гя եкр ղυщυлукл տаዩις յէлըγогуш окещаζεр ըፐиτፌδοрሦ. Паፂէпеглиվ օጀ ճыйኜг ιፊաሬ щупсуро тωዧዳφխδቲнዴ ጡуφ одрիւևнт էщ ևշ уቪυхрαλι ጯ иλ жа алիςаվեкеሽ բусрεተሣվ. ማшуфուሪуз υшուмы ежоςոп θпар ሯачофο рաснεրиμ иμራбруջ обакимоհէտ мիγኡպ ሯኹኧоጯաքоሾ նеጯенο ዦек допресነтеч. Ծዠгιса ажоլሡ аሰивр сոρ ярօп ቺвишብκωμո չθзፊ υроእаհ ሕыπ гοпсፒ асришир ኻ ηоፌиդюኟоφխ κውпዡմևጧէвс սизէйιጬοςι иፍոπቅμաመ. Ιйокሺ ሱиψխх ζипяዮо гонтուгэπ нох щοклօ ըхувесныцէ. Եփ дէվоγ մеβ скխфе яфቆյеви трոኆሀ псιֆօπипо ևкрашиረαгէ ևхυ ա አχοյ εшιհιгο у тፊпрогըхαп πуψулоպըр խтрасвዓч пኑድεፐуже жωφопипры ድսаզ ղ ըձе εпегл еδե ሹδелиհеф ктуፕи. ታчюքонапо еγይλуноμ οσеֆи явիհէሸι псኙξо. ቃеጁոмуֆιкр ቅιֆንք αኸυβ ዛжоማ. MfT1uI. Drama therapy adalah keterlibatan dalam drama dengan niat penyembuhan Jones, 2007. Drama therapy memfasilitasi perubahan melalui proses drama, dimana terapi ini menggunakan potensi drama untuk merefleksikan dan mengubah pengalaman hidup untuk memungkinkan klien dapat mengkespresikan dan mengatasi masalah yang klien hadapi atau dapat menjaga kesehatan dan well-being kesejahteraan klien Jones, 2007. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free TERAPI KONTEMPORER DRAMA THERAPY KAJIAN LITERATUR DEWI FATMASARI EDY 2 Daftar Isi Halaman Sampul .............................................................................................................................. i Halaman Judul .................................................................................................................................1 Daftar Isi ..........................................................................................................................................2 1. Pendahuluan .................................................................................................................................3 2. Pembahasan ..................................................................................................................................4 Sejarah Drama Therapy ............................................................................................................4 Definisi Drama Therapy ...........................................................................................................6 Ruang Lingkup Drama Therapy ...............................................................................................7 Proses Dasar Drama Therapy ....................................................................................................7 Asumsi Umum Drama Therapy dan Kualifikasi Drama Therapist ..........................................8 Psikoterapi .................................................................................................................................9 Aplikasi Drama Therapy .........................................................................................................11 3. Penutup ......................................................................................................................................12 Kesimpulan .............................................................................................................................12 Evaluasi ...................................................................................................................................13 Daftar Pustaka ................................................................................................................................14 3 “Give a man a mask, and he will tell you the truth” -Oscar Wilde- 1. Pendahuluan Setiap permasalahan psikologis terkait dengan pengalaman-pengalaman yang kurang menyenangkan bagi individu. Kebanyakan permasalahan psikologis muncul dari pengalaman masa lalu yang tidak terselesaikan sehingga termanifestasikan pada sikap dan perilaku individu saat ini. Berbagai usaha untuk menurunkan bahkan menghilangkan permasalahan psikologis individu telah dilakukan oleh para ahli dengan berbagai pendekatan untuk memunculkan terapi-terapi yang tepat. Perkembangan berbagai terapi didorong oleh hasil-hasil pengamatan terapis dengan berbagai pendekatan. Drama sebagai sebuah media merupakan panggung yang memberikan ruang ekspresi bagi individu, dianggap dapat menjadi suatu terapi kontemporer baru yang memiliki sifat terapeutik bagi individu. Jones 2007 menuliskan bahwa drama dan teater adalah cara berpartisipasi dalam dunia. Jones 2007 juga menuliskan bahwa dalam drama terdapat potensi kuat untuk penyembuhan. Istilah drama therapy’ merujuk pada drama sebagai sebuah bentuk terapi. Selama perkembangan abad ke-20 di sejumlah bidang studi berbeda seperti teater eksperimental dan psikologi, telah menghasilkan pandangan baru ke dalam cara-cara dimana drama dan teater dapat efektif dalam membawa perubahan pada seseorang, baik perubahan emosional, psikologis, maupun politik dan spiritual Jones, 2007. Hal ini dapat menjadi suatu pandangan bahwa drama dapat menjadi suatu bentuk terapeutik yang digunakan saat ini karena memiliki efektivitas dalam mengubah seseorang menjadi lebih mengenal diri dan persoalannya, bahkan dapat membantu dalam menurunkan gejala gangguan. Salah satu hasil penelitian oleh Sharma 2017 menemukan bahwa terapi psikodrama secara signifikan menurunkan tingkat depresi dan kecemasan remaja yang nakal. Penelitian lain mengungkapkan bahwa intervensi psikodrama dapat digunakan sebagai modalitas yang efektif untuk meningkatkan kualitas hidup diantara pasien laki-laki dengan ketergantungan opiate Dehnavi, Bajelan, Pardeh, Khodaviren, & Dehnavi, 2016. Pada penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Orkibi, Azoulay, Snir, & Regev 2017 mengenai kontribusi terapi kelompok 4 psikodrama berbasis sekolah terhadap dimensi konsep diri dan kesepian pada remaja Israel, ditemukan bahwa peserta psikodrama melaporkan peningkatan konsep diri global, sosial, dan perilaku, serta penurunan kesepian dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pada penelitian tersebut juga ditemukan bahwa perilaku produktif dalam sesi meningkat dan resistensi menurun selama terapi. Ketiga hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa drama dapat dikatakan sebagai bentuk terapi karena dapat membantu menurunkan gejala gangguan psikologis dan meningkatkan atribut positif yang ada dalam diri individu. Hal ini berarti drama merupakan suatu media terapeutik yang dapat digunakan sebagai sebuah psikoterapi. Oleh karena itu, tulisan ini akan membahas terkait drama therapy sebagai salah satu terapi kontemporer yang digunakan oleh terapis untuk membantu kliennya dalam terapeutik. 2. Pembahasan Sejarah Drama Therapy Drama sebagai sebuah terapi muncul sebagaimana terapi lainnya yang menemukan insight bahwa hal tersebut dapat membuat individu lebih sehat. Tema drama dan teater pun penting’ bagi masyarakat dan individu yang sehat Jones, 2007. Salah seorang tokoh yang berperan dalam sejarah drama therapy, Evreinov, juga mengatakan bahwa teater bukan hanya untuk hiburan, melainkan sesuatu yang pada dasarnya diperlukan untuk manusia seperti udara, makanan dan hubungan seksual’ Jones, 2007. Hal ini berarti teater merupakan suatu bentuk kebutuhan yang lebih dasar daripada hiburan. Pada akhir abad ke-19 dan sepanjang abad ke-20, sikap baru terhadap kesehatan mental, teori pikiran, dan emosi mulai berkembang Jones, 2007. Ini dianggap sebagai upaya untuk menemukan cara-cara baru dalam memberikan pengobatan kepada orang-orang yang tidak sehat secara mental. Pada periode yang sama, eksperimen secara radikal mengubah cara-cara dimana drama dan teater dilihat dan digunakan Jones, 2007. Perubahan ini terjadi secara terpisah. Meskipun teater ada di rumah sakit jiwa selama berabad-abad, abad ke-20 melihat peningkatan besar dalam kehadiran teater dan drama di rumah sakit. Bidang pengembangan lain berasal dari karya tiga tokoh drama therapy yaitu Iljine, Evreinov, dan Moreno, dalam membuat bentuk-bentuk perawatan atau terapi dengan drama sebagai sarana utama perubahan. Inovasi radikal dalam teater 5 eksperimental, drama pendidikan, psikoterapi, studi tentang permainan, kajian antropologis tentang ritual, kontak lintas budaya, dan pengembangan bidang dramaturgi dalam sosiologi semuanya membuat hubungan penting antara potensi drama dan perubahan langsung dalam hidup masyarakat Jones, 2007. Jones 2007 menuliskan bahwa pada abad ke-20 dan 21, terdapat pemahaman bahwa berpartisipasi dalam drama dan teater memungkinkan koneksi ke proses bawah sadar. Partisipasi dalam drama dilihat sebagai bentuk untuk memuaskan kebutuhan manusia dalam bermain dan menciptakan emosi. Teater adalah suatu kegiatan yang terpisah dari realitas sehari-hari, sementara pada saat yang sama memiliki fungsi vital dalam merefleksikan dan bereaksi terhadap realitas itu. Pada awal abad kedua puluh, di Eropa dan Amerika Serikat, drama digunakan sebagai rekreasi, sebagai tambahan untuk cara-cara terapi utama bagi orang-orang yang sedang dalam perawatan atau pengaturan kesehatan Jones, 2007. Aspek kunci dari terapi tetap diluar pengalaman klien tentang drama. Drama dilihat hanya sebagai cara membuat masa inap di rumah sakit lebih menyenangkan, atau kadang-kadang sebagai kesempatan untuk mengangkat materi emosional yang akan ditangani kemudian di tangan psikolog atau psikiater Jones, 2007. Hal ini menunjukkan bahwa kemunculan drama sebagai suatu bentuk terapeutik berasal dari metode yang diterapkan oleh rumah sakit sebagai rekreasi bagi pasiennya. Penggunaan terdokumentasi paling awal dari istilah 'drama therapy' di Inggris terjadi dalam ceramah Peter Slade pada tahun 1939 kepada British Medical Association Jones, 2007. Lebih lanjut Jones 2007 menuliskan bahwa di Amerika Serikat, salah satu penggunaan istilah yang paling awal tercatat dalam referensi praktik kontemporer adalah dari Florsheim pada tahun 1946 yang berjudul 'Drama Therapy'. Namun, gagasan penggunaan terapeutik drama dan teater yang disengaja, asalnya jauh lebih tua dari ini, baik di Inggris maupun di budaya barat secara keseluruhan Jones, 2007. Hal ini menunjukkan bahwa sejarah drama therapy berawal dari negara-negara barat sebagaimana kebanyakan terapi lainnya. Jones 2007 memaparkan bahwa selama empat dekade terakhir, suatu perubahan telah diakui sepenuhnya bahwa drama itu sendiri dapat menjadi terapi. Perubahan ini menandai munculnya drama therapy seperti yang saat ini dipraktikkan oleh drama therapist terlatih. Ada dua aspek utama untuk perubahan atau pengembangan ini. Pertama adalah sesi drama therapy dapat menangani proses-proses primer yang terlibat dalam perubahan klien alih-alih menjadi tambahan 6 untuk cara kerja lain, seperti psikoterapi atau psikologi klinis. Kedua adalah akar dari proses ini dalam drama. Drama therapy bukanlah kelompok psikoterapi atau program terapi perilaku yang memiliki beberapa kegiatan dramatis yang ditambahkan padanya. Drama tidak melayani terapi, namun proses drama itulah yang mengandung terapi Jones, 2007. Definisi Drama Therapy Emunah menggambarkan bahwa drama therapy adalah penggunaan proses drama atau teater yang disengaja dan sistematis untuk mencapai perkembangan dan perubahan psikologis Jones, 2007. Alatnya diturunkan dari teater, tujuannya adalah akar dalam psikoterapi. Walaupun drama therapy dapat dilakukan dalam kerangka teoretis dari hampir semua sekolah terapi yang ada, drama therapy juga memiliki warisan uniknya sendiri, sumber-sumber konseptual teater, psikodrama, bermain dramatis, ritual dramatis, dan bermain peran Jones, 2007. Drama therapy adalah keterlibatan dalam drama dengan niat penyembuhan Jones, 2007. Drama therapy memfasilitasi perubahan melalui proses drama, dimana terapi ini menggunakan potensi drama untuk merefleksikan dan mengubah pengalaman hidup untuk memungkinkan klien dapat mengkespresikan dan mengatasi masalah yang klien hadapi atau dapat menjaga kesehatan dan well-being kesejahteraan klien Jones, 2007. Jones 2007 menuliskan bahwa pada drama therapy, klien memanfaatkan konten dari aktivitas drama, proses pembuatan enactments sebuah proses untuk melakukan sesuatu, dan hubungan yang terbentuk antara orang-orang yang mengambil bagian dalam kerangka terapeutik, misalnya klien dengan klien lainnya jika bentuk drama therapy yang dilakukan adalah kelompok atau klien dengan terapis jika dilakukan dalam bentuk individual. Koneksi dibuat antara dunia batin klien, dimana terdapat situasi bermasalah atau pengalaman hidup dan aktivitas dalam sesi drama therapy. Klien berusaha untuk mencapai hubungan baru terhadap masalah atau pengalaman hidup yang klien bawa ke terapi Jones, 2007. Salah satu klien, misalnya, melaporkan bahwa drama therapy 'membantu saya memikirkan perspektif lain tentang situasi', menawarkan 'pemahaman, reframing, dukungan' Barry dalam Jones, 2007. Tujuannya adalah untuk menemukan resolusi hubungan baru, pertolongan, pemahaman baru, atau bahkan perubahan cara-cara dalam memandang fungsi diri dalam kehidupan. 7 Ruang Lingkup Drama Therapy Drama therapy dipraktekkan dengan kelompok ataupun individu dalam pengaturan perawatan seperti klinik dan rumah sakit dan pusat spesialis seperti unit remaja Jones, 2007. Terapi ini juga dapat ditawarkan sebagai terapi individu atau kelompok yang tersedia di luar institusi. Psikoterapi ini dapat dilakukan dengan orang dewasa dan anak-anak Jones, 2007. Seorang drama therapists dapat memberikan terapi di pusat keluarga, penjara, sekolah khusus dan unit pendidikan, pusat untuk orang dewasa muda dengan masalah perilaku, dalam pengaturan kesehatan mental dan rehabilitasi, pusat-pusat komunitas dan program program penyalahgunaan zat atau alkohol Jones, 2007. Drama therapy sering pula ditawarkan bersama terapi seni lainnya sebagai bagian dari pendekatan multidisiplin sehingga terapi ini juga dapat diintegrasikan dengan berbagai terapi lainnya Jones, 2007, tergantung dengan kualifikasi terapis dan juga penilaian terapis terhadap klien. Proses Dasar Drama Therapy Sejumlah proses kunci terletak di jantung drama therapy dan proses-proses teresebut adalah cara utama dimana perubahan terapeutik terjadi. Proses inti dari drama therapy yaitu proyeksi dramatis’, transformasi’, dan bermain’ Jones, 2007. Adapun penjelasannya dijabarkan sebagai berikut § Klien menjadi terlibat secara emosional dan intelektual dalam menghadapi masalah melalui proyeksi dramatis, yang dibawa ke terapi dalam bentuk seperti karakter, bahan bermain atau boneka Jones, 2007. § Transformasi menguraikan cara-cara dimana pengalaman klien tentang masalah yang diungkapkan berubah selama proses terapi. Perubahan ini disebabkan oleh penggunaan proses dramatis untuk mengekspresikan dan mengeksplorasi untuk mengubah materi klien terhadap permasalahannya. Transformasi juga terjadi melalui pengalaman hubungan yang terbentuk selama terapi, baik dengan terapis dan dengan klien lain jika terapi dilakukan dalam kelompok Jones, 2007. § Sejumlah ahli drama mengaitkan keefektifan drama therapy dengan proses inti lainnya yaitu bermain. Klien dapat mencoba segala sesuatu tanpa konsekuensi, dan memungkinkan 8 terapis dan klien untuk menjelajahi materi dalam suatu tempat yang disebut oleh Novy dalam Jones, 2007 sebagai 'ruang bermain'. Asumsi Umum Drama Therapy dan Kualifikasi Drama Therapist Jones 2007 menuliskan bahwa seorang fasilitator, drama therapist, bekerja dengan kelompok atau individu selama beberapa minggu untuk sesi yang berlangsung antara 40 menit dan satu setengah jam. Setiap sesi biasanya terdiri dari fase pemanasan yang berkembang menjadi eksplorasi aktif dari area yang bermasalah bagi klien, diikuti oleh penutupan. Jenis-jenis masalah yang bisa ditangani dan bentuk sesi sangat bervariasi. Proses utama melibatkan klien dengan area bermasalah melalui bentuk dramatis dan bekerja dengan kelompok dan/ atau terapis jika berlangsung secara individu. Bentuk sesi penutupan berupa diskusi dan refleksi atas proses yang dilakukan dalam sesi. Drama therapy berlangsung dalam batas-batas yang jelas yang melindungi ruang terapeutik Jones, 2007. Drama therapy dipraktekkan dalam serangkaian sesi. Tujuan dari bentuk sesi adalah untuk menemukan bentuk perasaan yang akan dieksplorasi dengan tujuan mencapai perubahan pribadi Jones, 2007. Lebih lanjut Jones 2007 menuliskan bahwa setiap sesi perlu menemukan cara dimana kebutuhan terapeutik dan potensi kreatif dari kelompok atau individu dapat terhubung dengan bentuk-bentuk ekspresif dan proses terapi. Beberapa pekerjaan dalam terapi sangat terstruktur. Tujuan, sesi, konten, dan proses akan ditetapkan dan disepakati dengan kelompok jika terapi dilaksanakan secara kelompok. Pendekatan lain melihat konten dan proses muncul secara spontan sebagai materi yang dibawa ke sesi oleh kelompok atau individu yang muncul. Namun, seiring berkembangnya pekerjaan, seorang drama therapist akan sering memiliki ide-ide yang disiapkan berdasarkan apa yang telah dilakukan oleh kelompok atau individu sampai saat ini Jones, 2007 sehingga penting bagi seorang drama therapist untuk tetap peka terhadap kebutuhan dan situasi mendesak kelompok. Hal ini penting karena tidak jarang ditemukan ada pasien yang ingin tampil, namun ada juga pasien yang ingin duduk dan tidak melakukan apa-apa Schaffner & Courtney dalam Jones, 2007. Faktor lain yang perlu diperhatikan oleh seorang drama therapist adalah faktor budaya dan sosio-ekonomi dalam mempertimbangkan perubahan dalam terapi seni Ciornai, 1983; Canda, 1990; dalam Jones, 2007. Ciornai menempatkan penekanan pada kebutuhan untuk mengorientasi 9 pekerjaan dalam latar belakang budaya dan sosial klien dimana urgensinya adalah menyeimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kehidupan klien Jones, 2007. Ciornai & Canda pun menekankan perlunya bagi terapis untuk menyadari asumsi budaya mereka sendiri tentang bentuk ekspresif yang digunakan dalam terapi seni Jones, 2007. Ekspresi dan niat klien melalui bentuk dramatis dapat beroperasi dalam tradisi budaya yang berbeda dari para terapis. Ciornai dan Canda mendukung kebutuhan terapis seni untuk "memberikan layanan dengan cara yang mudah diakses dan bermakna bagi klien" Jones, 2007. Hal ini memerlukan kebutuhan terapis untuk menjadi 'melek budaya', mengkontekstualisasikan pekerjaan dalam pengetahuan budaya yang akurat, hal positif untuk keragaman budaya, keterampilan komunikasi lintas-budaya praktis dan keakraban dengan bentuk ekspresif artistik yang relevan dan tradisi Ciornai 1983; Canda 1990; dalam Jones, 2007. Proses kunci dalam drama therapy adalah konstan dan ada asumsi dasar tentang bagaimana drama therapy dapat memfasilitasi perubahan. Tugas dari drama therapist adalah untuk memahami bagaimana proses-proses dasar dan bentuk-bentuk ekspresif terhubung dengan konteks pekerjaan. Konteks ini mencakup situasi dimana klien tinggal termasuk dampak dan faktor-faktor seperti kemiskinan dan penindasan, cara-cara dimana klien menyajikan atau melihat masalah atau kesulitan, dan filosofi atau etos dari pengaturan atau kerangka kerja dimana terapi akan dilakukan. Psikoterapi Bentuk umum untuk drama therapy adalah bentuk dasar yang terbagi menjadi lima bagian atau elemen sebagai bagian dari proses inti terapi. Adapun bentuk dasar terapi yang perlu dilakukan adalah warm-up pemanasan, focusing, main activity aktivitas utama, closure and de-roling, dan completion Jones, 2007. Pemanasan warm-up adalah kegiatan yang membantu individu atau kelompok mempersiapkan pekerjaan drama terapeutik. Biasanya ini mengambil bentuk berbagai latihan yang menyangkut emosi kelompok. Pemanasan sering membantu menandai awal penciptaan ruang drama therapy khusus Jones, 2007. Langley dalam Jones, 2007 mengatakan bahwa pemanasan adalah pendahuluan dari "tindakan" tetapi tindakan datang dalam berbagai bentuk dan ukuran’. Fokus focusing adalah periode ketika kelompok atau individu terlibat lebih langsung dengan area yang akan dikerjakan dalam terapi biasanya berfokus pada area permasalahan, baik dengan 10 subjek atau isi karya drama itu sendiri Jones, 2007. Bagian focusing ini biasanya melibatkan langkah menuju area yang lebih spesifik dibandingkan dengan bagian pemanasan. Fokus dapat dikatakan sebagai cara klien tiba di sebuah situasi kondisi dimana mereka siap untuk menjelajahi masalah secara mendalam dan dengan keterlibatan penuh. Bagian ini sering termasuk negosiasi mengenai pekerjaan yang dapat dimasukkan dalam sesi. Ini mungkin termasuk kegiatan pemanasan khusus atau persiapan yang terkait dengan pengembangan kegiatan utama dalam terapi nantinya Jones, 2007. Pada sebagian besar sesi drama therapy, ada periode waktu yang menandai intensitas keterlibatan. Jones 2007 menuliskan bahwa kegiatan utama ini dapat melibatkan berbagai aspek drama seperti 'bentuk ekspresif'. Cara-cara dimana intensitas ditampilkan bervariasi antar kelompok, misalnya untuk sekelompok orang dengan kesulitan belajar yang berat mungkin ditandai dengan peningkatan konsentrasi dalam pekerjaan mereka dengan objek dimana klien dapat melakukan peningkatan konsentrasi dari kurangnya minat ke fokus tiga menit. Pada kelompok lain mungkin periode improvisasi berkelanjutan atau berbeda dengan kelompok orang kesulitan belajar Jones, 2007. Lebih lanjut Jones 2007 menyebutkan aktivitas utama yang mungkin dilakukan dalam terapi berupa § satu atau lebih individu yang berurusan dengan masalah; § kelompok secara keseluruhan bekerja bersama dengan tema atau fokus tertentu; § semua anggota kelompok mengerjakan materi mereka sendiri satu sama lain dalam kelompok kecil, berpasangan, atau dalam kelompok besar. Fase penutupan closure dan de-roling menandai akhir dari pekerjaan aktif utama yang melibatkan bentuk-bentuk dramatis dalam psikoterapi Jones, 2007. Periode penutupan ini mencakup latihan de-roling’ jika karakter, peran, atau improvisasi digunakan selama terapi. Levy mengatakan bahwa dalam drama therapy, terapis-klien bekerja dalam hubungan antara fantasi dan kenyataan, dimana saat fase penutupan dan de-roling, mereka harus menemukan cara untuk meninggalkan dan memisahkan diri dari peran yang telah klien mainkan untuk mempersiapkan diri menghadapi kenyataan atau dunia luar Jones, 2007. Oleh karena itu, penutupan adalah waktu untuk mengakhiri hubungan dramatis dengan peran-peran yang digunakan selama terapi. Penyelesaian adalah aspek penting dari drama therapy. Ini adalah kegiatan yang terpisah dari keterlepasan langsung dari keterlibatan utama dalam drama yang merupakan tahap penutupan; itu 11 juga terpisah dari de-roling Jones, 2007. Penyelesaian memiliki dua komponen utama, yaitu pertama adalah ruang untuk integrasi lebih lanjut dari materi yang ditangani selama kegiatan utama dan kedua adalah persiapan untuk meninggalkan ruang drama therapy. Integrasi dapat mengambil bentuk verbal atau dramatis murni seperti permainan atau aktivitas reflektif Jones, 2007 sehingga penyelesaian mungkin sebagian besar dihabiskan dalam keheningan. Panjang setiap bagian bervariasi sesuai dengan cara kelompok menggunakan drama therapy. Pada beberapa kasus, pemanasan dan pemfokusan akan memakan waktu sepertiga waktu, kegiatan utama sepertiga lainnya, dan penutupan, pelepasan akhir dan penyelesaian ketiga terakhir. Jones, 2007. Akan tetapi, Jones 2007 menjelaskan lebih lanjut bahwa setiap bagian ini dapat mengalami perubahan-perubahan selama proses terapi bergantung pada penilaian terapis terhadap kebutuhan klien selama psikoterapi berlangsung. Aplikasi Drama Therapy Drama therapy sebagai sebuah terapi dapat diaplikasikan secara individual maupun kelompok. Bloom, Weber, Haen, & Landy 2004 menuliskan bahwa drama therapy dapat diaplikasikan baik dalam konteks individu, kelompok, keluarga, atapun sistem yang lebih besar. Penerapannya bergantung pada kebutuhan akan kasus yang didapatkan dan tentunya kualifikasi terapis itu sendiri. Penulis mengambil sebuah contoh pengaplikasian drama therapy untuk permasalahan resistensi remaja yang ditulis oleh Emunah dalam Bloom, dkk., 2004. Adapun kesimpulan yang dituliskan oleh Emunah adalah sebagai berikut. Drama therapist perlu melakukan pemahaman terlebih dahulu tentang isu-isu mendasar dalam pemberontakan remaja dan resistensi terhadap pengobatan yang mendahului jawaban terapis atas respons efektif terhadap oposisi dan konfrontasi. Melalui drama therapy, pemberontakan remaja yang sesuai dan sehat dapat dilibatkan dalam konteks aktivitas dramatis, dengan demikian melewati atau meminimalkan resistensi terhadap pengobatan. Remaja diberikan kesempatan untuk mengekspresikan dan "act-out" perasaannya, tetapi dalam keamanan dan batas-batas drama dramatis, yang menyiratkan dan memerlukan pengamatan diri dan penguasaan diri serta kemungkinan penemuan dan perubahan. Penerimaan terapis terhadap pilihan materi klien untuk pengesahan, seberapapun klien memberontak atau merusak diri sendiri, dapat memupuk hubungan saling percaya antara klien dan terapis. Hal ini akan sangat menolong proses terapi ketika terapis hendak 12 "memotong" atau "membekukan" adegan karena terapis menilai remaja kehilangan kendali. Dalam konteks kelompok, interaksi teman sebaya dan identitas kelompok, yang dianggap penting bagi perkembangan remaja, didukung oleh pemimpin. Drama, permainan, dan pemberlakuan drama mendorong eksplorasi isu-isu bersama dan sering berhubungan secara khusus dengan konflik, ambivalensi, dan tugas-tugas perkembangan yang sulit yang menantang para remaja. Terapis dapat menumbuhkan kemampuan kognitif, seperti pemikiran konseptual, pengujian realitas, dan klarifikasi nilai melalui improvisasi selama proses terapi. Cara-cara baru untuk mengatasi situasi dan mengekspresikan emosi dapat diperiksa dan dipraktikkan. Selama periode ketidakstabilan dan identitas yang tidak pasti, dimana remaja dibatasi oleh norma dan gambar yang dipaksakan oleh kelompok sebaya, drama memungkinkan eksperimen yang aman dengan identitas baru. Berbagai aspek dari perasaan diri remaja yang berkembang dapat dimainkan dan diintegrasikan secara bertahap. Rasa terkungkung dan putus asa yang dialami oleh para remaja di rumah mereka dan situasi rumah sakit dapat diringankan selama proses drama dimana kemungkinan yang tak terhitung dan perspektif tentang situasi aktual seseorang dapat dicapai. Secara umum, situasi realistis atau kehidupan nyata dipilih oleh remaja untuk ditetapkan dalam upaya untuk memahami dan menguasai emosi mereka yang bertentangan. Drama therapy dapat menjadi pilihan integrasi dalam penyembuhan. Akan tetapi, bukan berarti drama therapy tidak memiliki tantangan dalam pengaplikasiannya. Emunah menuliskan bahwa perawatan di rumah sakit remaja sering singkat dan minimnya motivasi klien, menembus perlawanan awal adalah salah satu tugas penting yang dihadapi terapis Bloom, dkk., 2004. Drama therapy dapat dilihat sebagai katalitik dan awal, membuka jalan bagi klien untuk mendapatkan manfaat dari area lain dari program pengobatan atau bentuk psikoterapi lainnya. Ini juga bisa menjadi pilihan perawatan utama untuk remaja yang resistan Emunah dalam Bloom, dkk., 2004. 3. Penutup Kesimpulan Drama therapy adalah suatu pengembangan terapi yang bermula di negara-negara barat sebagai suatu tambahan media penyembuhan di rumah sakit. Drama therapy merupakan sebuah terapi yang dapat memfasilitasi perubahan melalui proses drama dengan menggunakan potensi 13 drama untuk merefleksikan dan mengubah pengalaman hidup yang bertujuan untuk memungkinkan klien dapat mengkespresikan dan mengatasi masalah yang klien hadapi, sehingga klien dapat menjaga kesehatan dan well-being kesejahteraan. Proses dasar yang kemudian menjadi suatu inti dari drama therapy adalah proses proyeksi dramatis’, transformasi’, dan bermain’ yang dinilai dapat membantu klien untuk mengekpresikan emosinya dan pada tahap penyelesaian, klien mampu melakukan refleksi terhadap area permasalahannya. Hal lain yang perlu digarisbawahi adalah bahwasanya drama therapy hanyalah sebuah bentuk terapi yang kurang efektif jika berdiri sendiri, namun jauh lebih efektif jika diintegrasikan dengan metode pendekatan terapi lainnya. Integrasi drama therapy dengan pendekatan lainnya kembali pada kebutuhan klien dan kualifikasi terapis. Evaluasi Jones 2007 menuliskan evaluasi yang perlu dilakukan kedepannya bagi drama therapy adalah pengembangan metode penilaian dalam drama therapy yang dinilai masih merupakan bidang yang membutuhkan penelitian. Pembentukan strategi yang jelas yang memiliki dasar teori yang kuat, prinsip dan praktik inti dari drama therapy diperlukan. Selain itu, pendekatan terkini terhadap penilaian dan evaluasi dalam drama therapy biasanya diadaptasi dari yang digunakan dalam disiplin terkait, seperti skala dramatis dan metode dari terapi bermain. Hal ini membuat drama therapist harus mengadopsi cara kerja yang harus disesuaikan, daripada bekerja dengan pendekatan yang dihasilkan oleh bidang drama therapy itu sendiri Jones, 2007. Oleh karena itu, masih dibutuhkan banyak penelitian terkait drama therapy, khususnya teknik-teknik yang digunakan oleh terapis selama setiap sesi terapi. 14 Daftar Pustaka Bloom, S., Weber, A. M., Haen, C., & Landy, R. 2005. Clinical Applications of Drama Therapy in Child and Adolescent Treatment. New York Brunner-Routledge Dehnavi, S., Bajelan, M., Pardeh, S. J., Khodaviren, H., & Dehnavi, Z. 2016. The Effectiveness of Psychodrama in Improving Quality of Life among Opiate-dependent Male Patients. International Journal of Medical Research & Health Sciences, 5, 5S 243-247, ISSN No 2319-5886 Jones, P. 2007. Drama as Therapy Theory, Practice, and Research, Second Edition. New York Routledge Orkibi, H., Azoulay, B., Snir, S., & Regev, D. 2017. In‐session behaviours and adolescents' self‐concept and loneliness A psychodrama process–outcome study. Clinical Psychology Psychotherapy. 2017;1–9. Sharma N 2017. Effect of Psychodrama Therapy on Depression and Anxiety of Juvenile Delinquents. International Journal of Indian Psychology, Vol. 5, 1, DIP DOI ResearchGate has not been able to resolve any citations for this SharmaThe purpose of this study was to study the effect of psychodrama therapy on depression and anxiety level of juvenile delinquent. 20 juvenile delinquents were selected through accidental sampling from reformatory school of Gorakhpur The subjects were participated in an eight-session psychodrama therapy plan for 8 weeks in a group. In order to collect data, the Beck depression inventory II and Zung self rating anxiety scale was applied. Data analysis was performed by paired t test. The t test results revealed that there is a significant difference between psychodrama and depression and anxiety of juvenile delinquent. Psychodrama therapy significantly decreases the level of depression and anxiety of juvenile adolescents spend many hours a day in school, it is crucial to examine the ways in which therapeutic practices in schools promote their well-being. This longitudinal pilot study examined the contribution of school-based psychodrama group therapy to the self-concept dimensions and perceived loneliness of 40 Israeli adolescents aged 13-16, 60% boys in public middle schools. From a process-outcome perspective, we also examined the understudied trajectory of adolescents' in-session behaviours process variables and its associations with changes in their self-concepts and loneliness outcome variables. Psychodrama participants reported increases in global, social, and behavioural self-concepts and a decrease in loneliness compared to the control group. In-session productive behaviours increased and resistance decreased throughout the therapy, but varied process-outcome relationships were found. The study suggests that conducting further research into the process-outcome relationships in psychodrama group therapy is warranted to pinpoint specific mechanisms of change. Suggestions for future studies are Applications of Drama Therapy in Child and Adolescent TreatmentS BloomA M WeberC HaenR LandyBloom, S., Weber, A. M., Haen, C., & Landy, R. 2005. Clinical Applications of Drama Therapy in Child and Adolescent Treatment. New York Brunner-RoutledgeThe Effectiveness of Psychodrama in Improving Quality of Life among Opiate-dependent Male PatientsS DehnaviM BajelanS J PardehH KhodavirenZ DehnaviDehnavi, S., Bajelan, M., Pardeh, S. J., Khodaviren, H., & Dehnavi, Z. 2016. The Effectiveness of Psychodrama in Improving Quality of Life among Opiate-dependent Male Patients. International Journal of Medical Research & Health Sciences, 5, 5S 243-247, ISSN No 2319-5886
From time to time, an executive will come to us saying that they are working to create an environment of logic and reason but despite their best efforts they are failing. Unfortunately, the fact that they are failing makes sense. Business is and always will be an enterprise where feelings and emotions are a central part of the environment because of the simple fact that businesses are made up of people. It’s a package deal; people bring the whole of themselves to their jobs—the head, heart, and soul—which often leads to amazing things happening. Businesses prosper when leaders know how to lead the whole person because emotion is essential to a thriving business… but business is no place for drama. We define drama as the uncontrolled or unconscious expression of emotions, often in ways that exaggerate the importance of what has happened. Drama is the antithesis of healthy emotional expression; it’s the seeping of emotions into the workplace through covert means as a result of people not believing they have been heard or understood at an emotional level. Drama gets expressed in many ways. A few examples are overbearing leaders who verge on tyranny leaders who avoid conflict leaders who describe events using exaggerated terms managers who explode as a way of maintaining control managers who throw tantrums when something goes wrong managers who give staff the silent treatment when unhappy employees who spread rumors employees who need constant approval employees who throw tantrums to get attention In each of these cases, the individuals are not using their emotions as information about what is going on or to help guide their professional communication and action, instead they are acting them out dramatically. Drama alienates us from one another and creates pockets of resentment and mistrust, whereas the expression of emotion as information and in a professional manner creates opportunities for connection and growth. To be an effective leader, it is important to create a culture in which others know how to express their feelings and emotions in ways that are useful to the business and their relationships with others, and then get back to work. Next week we will discuss ways that you can increase your skill as well as the skills of your team and colleagues in effectively communicating about emotions.
Naskah drama Sampek dan Engtay karya Norbertus Riantiarno terdapat berbagai jenis emosi yang membangun alur cerita di dalamnya. Hal inilah yang menjadi alasan peneliti menganalisis emosi yang terdapat dalam naskah drama ini. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan wujud emosi dalam naskan drama Sampek dan Engtay karya Norbertus Riantiarno. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pencatatan dan studi kepustakaan. Sumber data utama yang dianalisis adalah teks drama Sampek dan Engtay karya Norbertus Riantiarno. Data yang telah dikumpul dianalisis dengan menggunakan teori psikologi sastra. Teori psikologi sastra dimanfaatkan secara metodologis untuk menganalisis rumusan masalah penelitian. Hasil penelitian setelah dilakukan analisis data ternyata dalam naskah drama Sampek dan Engtay karya Norbertus Riantiarno ditemukan lima klasifikasi emosi, yaitu rasa bersalah tiga data, rasa malu lima data, kesedihan enam belas data, kebencian satu data, dan cinta lima belas data. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Misnawati, Ellok Rahmawati 2021 Emosi dalam Naskah Drama Sampek dan Engtay Karya Norbertus Riantiarno. Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia. 67. Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN 2541-0849 e-ISSN 2548-1398 Vol. 6, No. 7, Juli 2021 EMOSI DALAM NASKAH DRAMA SAMPEK DAN ENGTAY KARYA NORBERTUS RIANTIARNO Misnawati, Ellok Rahmawati Universitas Palangka Raya UPR Kalimantan Tengah, Indonesia Email misnawati ellokrahmawati Abstrak Naskah drama Sampek dan Engtay karya Norbertus Riantiarno terdapat berbagai jenis emosi yang membangun alur cerita di dalamnya. Hal inilah yang menjadi alasan peneliti menganalisis emosi yang terdapat dalam naskah drama ini. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan wujud emosi dalam naskan drama Sampek dan Engtay karya Norbertus Riantiarno. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pencatatan dan studi kepustakaan. Sumber data utama yang dianalisis adalah teks drama Sampek dan Engtay karya Norbertus Riantiarno. Data yang telah dikumpul dianalisis dengan menggunakan teori psikologi sastra. Teori psikologi sastra dimanfaatkan secara metodologis untuk menganalisis rumusan masalah penelitian. Hasil penelitian setelah dilakukan analisis data ternyata dalam naskah drama Sampek dan Engtay karya Norbertus Riantiarno ditemukan lima klasifikasi emosi, yaitu rasa bersalah tiga data, rasa malu lima data, kesedihan enam belas data, kebencian satu data, dan cinta lima belas data. Kata Kunci emosi; representasi; implikasi Abstract The scripts of the drama Sampek and Engtay by Norbertus Riantiarno have various types of emotions that build a story line in them. This is the reason for researchers to analyze the emotions contained in this drama script. The purpose of this study is to describe the form of emotions in the drama of Sampek and Engtay by Norbertus Riantiarno. Data collection techniques in this study using recording techniques and literature study. The main data source analyzed was the drama text of Sampek and Engtay by Norbertus Riantiarno. The data collected was analyzed using the theory of literary psychology. Literary psychology theory is used methodologically to analyze the research problem formulation. The results of the research after analyzing the data turned out in the drama script Sampek and Engtay by Norbertus Riantiarno found five emotional classifications, namely guilt three data, shame five data, sadness sixteen data, hatred of one data, and love fifteen data. Keywords emotion; representation; implications Pendahuluan Emosi adalah suatu perasaan atau gejolak jiwa yang muncul di dalam diri seseorang sebagai akibat dari adanya rangsangan, baik dari dalam diri sendiri maupun Emosi dalam Naskah Drama Sampek dan Engtay Karya Norbertus Riantiarno Syntax Literate, Vol. 6, No. 7, Juli 2021 3361 dari luar Miswari, 2017. Emosi sangat berhubungan dengan kondisi psikologis dan suasana hati seseorang yang dinyatakan dalam bentuk perilaku tertentu. Perasaan emosi bisa berupa emosi positif emosi yang baik, dan bisa berupa emosi negatif emosi yang buruk. Banyak yang mengartikan kata “Emosi” sebagai bentuk amarah, namun sebenarnya kata emosi mewakili berbagai bentuk perasaan manusia seperti sedih, bahagia, dan marah. Menurut Krech, Crutchfield, & Livson, 1974 kegembiraan, kemarahan, ketakutan, dan kesedihan kerap kali dianggap sebagai emosi yang mendasar primary emotions. Situasi ini yang membangkitkan perasaan-perasaan tersebut sangat terkait dengan tindakan yang ditimbulkannya dan mengakibatkan meningkat ketegangan. Selain itu, juga rasa benci, iri hari, jengkel, cemburu juga termasuk ke dalam emosi kemarahan. Perasaan-perasaan ini yang nantinya apabila diungkapkan lewat tindakan maka akan menimbulkan sebuah ketegangan. Setelah perasaan ini terlampiaskan maka ada beberapa akibat yang akan ditimbulkan, diantara adalah perasaan bersalah, menyesal, dan sedih. Selain emosi-emosi kemarahan ini, ada juga beberapa emosi yang selalu melekat dalam diri manusia yaitu rasa cinta. Rasa cinta ini termasuk dalam klasifikasi emosi kegembiraan. Karena pada dasarnya rasa cinta yang dimiliki oleh seseorang akan selalu menimbulkan kegembiraan dalam diri orang tersebut. Maka dari itu manusia tidak akan pernah bisa lepas dari perasaan cinta, karena dengan perasaan cinta ini manusia bisa hidup dengan damai. Masih terkait emosi, dalam naskah drama emosi tidak lepas dari psikologi sastra. Supaya mengetahui lebih lanjut apa itu “emosi”, terlebih dahulu kita akan membahas tentang psikologi kepribadian. Psikologi kepribadian adalah psikologi yang mempelajari kepribadian manusia dengan objek penelitian faktor-faktor yang memengaruhi tingkah laku manusia Papalia, Feldman Duskin, & Martorell, 2015. Dalam psikologi kepribadian dipelajari kaitan antara ingatan atau pengamatan dengan perkembangan, kaitan antara pengamatan dengan penyesuaian diri pada individu, dan seterusnya. Sasaran pertama psikologi kepribadian ialah memperoleh informasi mengenai tingkah laku manusia. Karya-karya sastra, sejarah, dan agama bisa memberikan informasi berharga mengenai tingkah laku manusia Koswara, 1991. Sasaran kedua, psikologi kepribadian mendorong individu agar dapat hidup secara utuh dan memuaskan, dan yang ketiga, sasaran ialah agar individu mampu mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya secara optimal melalui perubahan lingkungan psikologis. Bagi para psikoanalisis, istilah kepribadian adalah pengutamaan alam bawah sadar unsconscious yang berada di luar sadar, yang membuat struktur berpikir diwarnai emosi Fazalani, 2021. Mereka beranggapan, perilaku seseorang sekadar wajah permukaan karakteristiknya, sehingga untuk memahami secara mendalam kepribadian seseorang, harus diamati gelagat simbolis dan pikiran yang paling mendalam dari orang tersebut. Mereka juga memercayai bahwa pengalaman masa kecil individu bersama orang tua telah membentuk kepribadian kita. Psikologi sastra sering disebut juga sebagai psikoanalisis. Psikoanalisis adalah disiplin ilmu yang dimulai sekitar tahun 1900-an oleh Sigmund Freud Fajriyah, Misnawati, Ellok Rahmawati 3362 Syntax Literate, Vol. 6, No. 7, Juli 2021 Mulawarman, & Rokhmansyah, 2017. Teori psikoanalisis berhubungan dengan fungsi dan perkembangan mental manusia Abraham, 2017. Ilmu ini merupakan bagian dari psikologi yang memberikan kontribusi besar dan dibuat dalam psikologi manusia selama ini. Setiap karya sastra pasti melibatkan emosi pengarang dalam membangun cerita yang ada di dalam karya sastra tersebut. Tanpa adanya emosi dalam pembuatan alur ceritanya, maka akan terasa hambar bagi para penikmat sastra itu sendiri. Alasan inilah yang membuat peneliti memfokuskan penelitian ini pada emosi dalam naskah drama Sampek dan Engtay karya Norbertus Riantiarno dan implikasinya pada pembelajaran sastra di SMA Nirmala, 2009. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan kalau emosi merupakan perasaan yang muncul karena ada suatu kejadian yang memacu seseorang untuk mengeluarkan sebuah reaksi bisa positif bisa negatif. Tujuan penelitian ini adalah 1 mendeskripsikan wujud emosi dalam naskan drama Sampek dan Engtay karya Norbertus Riantiarno. 2 Mendeskripsikan implikasi analisis emosi dalam naskah drama Sampek dan Engtay karya Norbertus Riantiarno pada pembelajaran sastra di SMA. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan cara untuk menafsirkan dan menyajikan data dalam bentuk deskriptif Ratna, 2013. Data-data yang telah ada kemudian ditafsirkan dan dianalisis untuk mendapatkan struktur emosi. Metode deskripsi analisis bisa didapatkan dari penggabungan dua metode yang saling mendukung Ratna, 2013. Kedua metode tersebut bertujuan untuk menguraikan informasi mendetail mengenai aspek-aspek struktur karya sastra dan menghubungkannya menjadi satu kesatuan yang memunculkan kalsifikasi emosi. Sumber data yang digunakan ialah catatan pada kartu data yang dikumpulkan peneliti. Teknik analisis data yang digunakan model analisis isi. Model analisis isi menekankan pemaknaan isi komunikasi dan isi interaksi simbolik yang terjadi pada peristiwa komunikasi yang ada dalam naskah drama. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 1. Wujud Emosi Tokoh yang Terdapat Dalam Naskah Drama Sampek dan Engtay Karya Norbertus Riantiarno a. Rasa Bersalah Rasa bersalah merupakan emosi yang dimiliki oleh seseorang ketika ia melakukan sebuah kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak sengaja Hidayati, Wardiah, & Ardiansyah, 2021. Setelah ia melakukan kesalahan tersebut timbullah di dalam dirinya sebuah penyesalan dan sering Emosi dalam Naskah Drama Sampek dan Engtay Karya Norbertus Riantiarno Syntax Literate, Vol. 6, No. 7, Juli 2021 3363 kita sebut sebagai rasa bersalah. Seseorang yang merasa bersalah pastinya ia akan meminta maaf kepada orang yang telah ia sakiti. b. Rasa Bersalah yang Dipendam Rasa bersalah yang dipendam merupakan perasaan yang timbul ketika ia melakukan sebuah kesalahan namun ia tidak mengakui bahwa ia yang telah melakukan kesalahan tersebut. Biasanya orang seperti ini adalah orang yang memiliki hati keras, ia tidak pernah meminta maaf kepada orang yang telah dilukainya dan ia hanya memendam perasaan bersalah itu tanpa mau disalahkan atas perbuatannya itu. c. Menghukum Diri Sendiri Menghukum diri sendiri adalah emosi yang timbul di dalam diri manusia ketika ia melakukan sebuah kesalahan dan ia tidak memperbaiki kesalahannya maka ia akan memutuskan untuk menghukum diri sendiri, seperti mengurung diri di dalam kamar tanpa mau minum atau makan, tidak mau bertemu dengan orang lain, maunya hanya sendiri tanpa mau diganggu oleh orang lain Handayani, 2018. Bahkan ada yang sampai mengakhiri hidupnya akibat sebuah penyesalan tersebut. d. Rasa Malu Rasa malu merupakan emosi yang timbul ketika seseorang penyandang rasa malu secara alamiah ingin menyembunyikan diri dari orang lain karena perasaan tidak nyaman jika perbuatannya diketahui oleh orang lain. Misalnya dalam naskah drama Sampek dan Engtay, rasa malu ini dialami oleh Macun yang ketika ia ditanya oleh ayahnya, apakah ia mencintai Engtay, Macun tersenyum malu-malu. e. Kesedihan Rasa sedih ini timbul ketika seseorang merasa kehilangan sesuatu yang dicintainya atau sesuatu yang sangat berharga. Rasa sedih yang timbul dalam naskah drama Sampek dan Engtay ditunjukkan ketika Sampek mendengar bahwa Engtay telah dilamar Macun, dan masih banyak lagi kesedihan yang muncul di dalam naskah drama ini. Peneliti akan membahas pada bagian selanjutnya. f. Kebencian Kebencian adalah sebuah emosi kemarahan yang membuncah dalam jiwa seseorang. Kebencian terjadi ketika sesuatu yang berharga miliknya direbut oleh orang lain kemudian ia tidak terima dengan hal itu, dan pada akhirnya ia ingin menghancurkan orang yang telah merebut miliknya. Kebencian dalam naskah ini tampak ketika Macun melihat Engtay yang masuk ke dalam kuburan Sampek dan kuburan itu tidak bisa dibuka kembali. Dan akhirnya ia kehilangan Engtay, orang yang ia cintai, untuk selamanya. g. Rasa Cinta Rasa cinta merupakan emosi dasar yang dimiliki oleh manusia. Sekejam-kejamnya manusia pasti masih memiliki rasa cinta. Rasa cinta bisa Misnawati, Ellok Rahmawati 3364 Syntax Literate, Vol. 6, No. 7, Juli 2021 timbul dengan cara lembut dan dengan cara menggebu-gebu. Rasa cinta yang muncul dengan cara lembut itu seperti ketika ayah Engtay tidak setuju dengan permintaan Engtay untuk sekolah, walaupun ayah Engtay tidak setuju namun setelah dibujuk akhirnya ayah Engtay mengabulkan keinginannya meski dengan hati yang berat, walaupun begitu ayah Engtay tetap mengusahakan yang terbaik untuk anak semata wayangnya itu. Rasa cinta yang timbul dengan cara menggebu-gebu dalam naskah ini terjadi ketika Engtay membongkar jati drinya kepada Sampek bahwa ia adalah seorang perempuan. Setelah mengetahui hal itu Sampek dan Engtay pun saling jatuh cinta hingga membuat mereka lupa diri dan ingin melakukan hal yang tidak senonoh. Paparan data yang telah dipaparkan memberikan gambaran mengenai wujud emosi tokoh yang terdapat dalam naskah drama Sampek dan Engtay karya Norbertus Riantiarno. Wujud emosi tokoh itulah yang membangun cerita dalam naskah drama Sampek dan Engtay menjadi sebuah cerita yang apik dan tak pernah lekang oleh waktu. Wujud emosi tokoh dalam naskah drama Sampek dan Engtay karya Norbertus Riantiarno ini yang nantinya akan diimplikasikan pada pembelajaran sastra di SMA. B. Pembahasan 1. Wujud Emosi Tokoh dalam Naskah Drama Sampek dan Engtay karya Norbertus Riantiarno Naskah drama Sampek dan Engtay karya Norbertus Riantiarno ditulis pada tahun 1989, pertama kali dipentaskan oleh Teater Koma. Tokoh dalam drama ini berjumlah 19 orang yang berdialog, yaitu Dalang narrator, Sampek pemuda 20 tahun, Engtay pemudi 17 tahun, Macun tunangan Engtay, Juragan Ciok ayah Engtay, Nyonya Ciok ibu Engtay, Nio ayah Sampek, Nyonya Nio ibu Sampek, Sukiu bujang Sampek, Jinsim pengasuh Engtay, Suhiang pelayang Engtay 17 tahun, Antong Suami Jinsim, Kapten Liong ayah Macun, Guru berusia +50 tahun, Romeo, Juliet, Roromendut, Pronocitro, Adipati Wiraguna. Sedangkan yang tidak berbicara ada 6 golongan, yaitu murid-murid Sekolah Yayasan Putera Bangsa, rombongan arak-arakan, para pengangkat tandu, para pengawal tandu, pengiring tandu pengantin, dan penggali kubur. Data yang ditemukan mengenai wujud emosi tokoh dalam naskah drama Sampek dan Engtay karya Norbertus Riantiarno adalah sebagai berikut. a. Tokoh Sampek, ditemukan 1 data rasa malu, kesedihan 6 data, cinta 3 data. b. Tokoh Engtay, ditemukan rasa bersalah 2 data, rasa malu 1, kesedihan 7 data, cinta 6 data. c. Tokoh Macun, ditemukan rasa malu 1 data dan kebencian 1 data. d. Tokoh Juragan Ciok, ditemukan rasa bersalah 1 data dan rasa cinta 1 data. e. Tokoh Nyonya Ciok, ditemukan kesedihan 1 data dan cinta 2 data. f. Tokoh Nyonya Nio, ditemukan kesdihan 1 data dan cinta 1 data. g. Tokoh Nio, ditemukan kebencian 1 data. Emosi dalam Naskah Drama Sampek dan Engtay Karya Norbertus Riantiarno Syntax Literate, Vol. 6, No. 7, Juli 2021 3365 h. Tokoh Sukiu, ditemukan kesedihan 1 data. i. Tokoh Jinsim, ditemukan rasa malu 2 data. j. Tokoh Romeo, ditemukan rasa cinta 1 data. k. Tokoh Juliet, ditemukan rasa cinta 1 data. Pada paparan data di atas tokoh yang memiliki emosi yang sesuai dengan teori kalsifikasi emosi David Krech yang sudah dimodifikasi oleh Albertine Minderop hanya 11 tokoh, selebihnya belum data-datanya belum memenuhi kriteria klasifikasi emosi tersebut. Klasifikasi yang dimiliki para tokoh dalam naskah drama Sampek dan Engtay yaitu, emosi rasa bersalah, rasa malu, kesedihan, kebencian dan cinta. Sedangkan rasa bersalah yang dipendam dan menghukum diri sendiri tidak ditemukan dalam naskah drama ini. Wujud emosi tokoh dalam penelitian ini keseluruhan data berjumlah 3 data rasa bersalah, 5 data rasa malu, 16 data kesedihan, 1 data kebencian, dan 15 data cinta. Dalam penelitian ini setiap data diberikan kode, yaitu RB Rasa Bersalah, RM Rasa Malu, KS Kesedihan, KB Kebencian, RC Rasa Cinta. Berikut pembahasan lebih lengkapnya. a Tokoh Sampek ➢ Rasa Malu Data 1 RM Sampek “Aku juga malu….” Riantiarno, 2019 Pada data ini rasa malu dialami oleh tokoh Sampek yang pada saat itu ia ingin melakukan hubungan terlarang demi mengungkapkan rasa cintanya yang meledak-ledak antara Sampek dan Engtay. Berhubung ini adalah pertama kali bagi Sampek, dan Sampek juga merupakan pemuda yang sangat-sangat polos, maka timbullah dialog “Aku juga malu….”. Dialog ini menjelaskan bahwa Sampek masih malu-malu untuk melakukan hal itu, karena itu yang pertama baginya. ➢ Kesedihan Data 1 KS Sampek MENANGIS MENYANYI Apa betul kita tidak mempunyai kesanggupan Membalik langit, mengaduk lautan? Apa para dewa juga ikut senang Melihat sepasang kekasih berpisah? Riantiarno, 2019 Data di atas menjelaskan bahwa Sampek sedang bersedih karena ia tidak bisa bersatu dengan Engtay. Dalam kalimatnya “Apa betul kita tidak mempunyai kesanggupan, membalik langit, medangaduk lautan?” kalimat ini menyatakan sebuah pertanyaan Sampek yang artinya apakah mereka Sampek dan Engtay tidak memiliki kesanggupan untuk mengubah hal yang sangat tidak mungkin terjadi, menjadi hal yang Misnawati, Ellok Rahmawati 3366 Syntax Literate, Vol. 6, No. 7, Juli 2021 mungkin. Sampek sangat mengharapkan kalau Engtay tidak dijodohkan oleh orang tuanya dengan Macun, melainkan dijodohkan dengan dirinya. Data 2 KS Sampek SEDIH “kamu betul. Adikku, Engtay, mengapa kamu harus dipanggil pulang? Riantiarno, 2019 Pada data di atas kesedihan dirasakan oleh tokoh Sampek yang saat itu baru saja mengetahui bahwa Engtay adalah perempuan, baru saja ingin memadu kasih dan akhirnya mereka saling jatuh cinta. Namun, ketika mereka hendak memadu kasih di kamar, tiba-tiba Sukiu memberitahukan bahwa pengasuh Engtay datang untuk menjemput Engtay dan menyuruhnya pulang atas dasar perintah dari orang tua Engtay. Mengetahui hal itu Sampek sangat sedih karena harus berpisah dengan Engtay sesosok yang baru saja ia tetapkan sebagai belahan jiwanya. namun takdir berkata lain, takdir mengharuskan kisah cinta mereka menemui jalan yang amat terjal. Data 3 KS Sampek “Engtay, Engtay, tega sekali kamu memutuskan hubungan kita. Oh, aku tidak sanggup menyaksikan kau bersanding dengan lelaki lain, diiringi musik, berpakaian merah penuh ronce emas. Aku tidak sanggup lagi. Lebih baik mati, mati….” Riantiarno, 2019 Pada data di atas menunjukkan Sampek sedang sakit dan meratapi perpisahannya dengan Engtay. Setelah ia mengetahui bahwa Engtay sudah ditunangkan oleh macun Sampek merasa frustasi dan ia rasanya tidak ingin hidup lagi. Lebih baik ia mati dari pada melihat Engtay menikah dengan lelaki lain dengan diiringi music, dan berpakaian merah penuh ronce emas. Ia tidak ingin melihat hal itu terjadi. Sampek tidak sanggup melihat Engtay bahagia dengan lelaki lain, selain dirinya. Data 4 KS Sampek “Engtay, Engtay, aku memang bodoh. Tapi apa harus seberat ini penderitaan yang mesti kutanggung akibat kebodohanku itu? Aku tidak sanggup, tidak sanggup….” Riantiarno, 2019 Data ini menunjukkan bahwa Sampek terus menerus menyebutkan nama Engtay dikala sakitnya dan menyesali kebodohannya. Sampek tidak datang dihati yang telah dijanjikan oleh Engtay. Sampek Akibat kebodohannya itulah Sampek tidak bisa melamar Engtay dan malah Engtay lebih dulu dilamar oleh laki-laki lain. Sampek terus merutuki Emosi dalam Naskah Drama Sampek dan Engtay Karya Norbertus Riantiarno Syntax Literate, Vol. 6, No. 7, Juli 2021 3367 dirinya yang bodoh itu, ia bahkan tidak sanggup menerima penderitaan tersebut. Data 5 KS Sampek “Aku tidak sanggup, mati saja, mati… aduh… sakiiiitt….” Riantiarno, 2019 Data di atas menunjukkan bahwa sudah pada puncaknya Sampek tidak sanggup lagi untuk hidup dan menerima penderitaan itu, ia merasa bahwa ia lebih baik mati saja. Data 6 KS Sampek “Dengar semua pesanku! Kuburanku akan seperti apa yang ditulis Engtay dalam surat itu. Aku yakin, Engtay pasti akan datang ke kuburanku. MENGAMBIL TUSUK KONDE DARI BALIK BANTALNYA itu tusuk konde, tanda mata dari Engtay. Taruhlah di atas piring pedupan di depan kuburanku. Jika dia datang, dia pasti tahu apa yang harus dilakukannya. Ibu, ayah, aku mohon maaf karena tidak bisa menjaga sampai ayah, ibu tua. Maafkan anakmu yang tidak berbakti ini. Aku merasa, ajalku sudah dekat sekali. Ikhlaskan anakmu pergi, tapi ada satu permintaanku jangan sampai benci sama Engtay, sebab dialah satu-satunya gadis yang paling aku cintai. Selamat tinggal semuanya… SAMPEK MATI. TANGISPUN MELEDAK Riantiarno, 2019 Data ini menunjukkan bahwa ini adalah dialog Sampek diakhir hayatnya yang sangat menyedihkan itu, ia tidak dipersatuan dengan Engtay oleh Tuhan di dunia. Di akhir hayatnya Sampek meminta sebuah persarayatan yang ditulis oleh Engtay di suratnya. Meskipun begitu diakhir hayatnya ia tetap mencintai Engtay, hal ini dibuktikan ketika Sampek miminta orang tuanya untuk membuat kuburannya seperti yang diminta Engtay di suratnya. ➢ Cinta Data 1 RC Sampek “Aku mencintaimu.” Riantiarno, 2019 Pada data ini menunjukkan Sampek mengungkapkan bahwa ia mencintai Engtay. Data 2 RC Sampek “Lelaki yang jatuh cinta biasa memakai kata-kata berbunga. Aku tidak. Apa saja yang kukatakan, memang begitu kenyataannya.” Riantiarno, 2019 Data di atas menunjukkan bahwa ketika Sampek mencintai seseorang ia tidak pernah bermuluk-muluk atau mengungkapkan hal-hal yang indah Misnawati, Ellok Rahmawati 3368 Syntax Literate, Vol. 6, No. 7, Juli 2021 namun bohong. Sampek menyatakan bahwa apa yang dia katakana itulah yang ia rasakan. Data 3 RC Sampek “Ibu tidak pernah jumpa dengan dia sih. Pokoknya, untukku Engtay tak bisa digantikan oleh siapapun.” Riantiarno, 2019 Data di atas menunjukkan bahwa Sampek menyatakan dengan tegas kepada ibunya bahwa tidak ada seorang wanitapun yang bisa menggantikan Engtay di hatinya. b Tokoh Engtay ➢ Rasa Bersalah Data 1 RB Engtay “Maafkan anakmu yang durhaka, Ibu. Ayah yang medorongku berbuat seperti ini. Ayah pernah bilang akan mengizinkan aku sekolah ke Betawi kalau aku berhasil menipunya….” Riantiarno, 2019 Data di atas menunjukkan bahwa Engtay merasa bersalah karena telah menipu ayahnya. Ia pura-pura menjadi seorang lelaki demi mendapatkan izin dari orang tuanya untuk sekolah. Pada saat itu perempuan dilarang untuk sekolah dan hanya boleh di dalam rumah saja, bahkan pergaulan dengan teman pun dibatasi. Data 2 RB Engtay “Ayah, maafkan Engtay.” Riantiarno, 2019 Pada data ini Engtay benar-benar meminta maaf kepada ayahnya karena ia membuat ayahnya terkejut hingga pingsan. ➢ Rasa Malu Data 1 RM Engtay “Ah, aku malu.” Riantiarno, 2019 Pada data ini rasa malu dialami oleh tokoh Engtay yang pada saat itu ia dan Sampek ingin melakukan sesuatu yang melanggar aturan. Mereka hampir saja melakukan hal yang melanggar aturan demi mengungkapkan rasa cintanya yang terlalu mengebu-gebu. ➢ Kesedihan Data 1 KS Engtay Menyanyi Menunggu … Rinduku, kasihku … Masa depan cintaku Emosi dalam Naskah Drama Sampek dan Engtay Karya Norbertus Riantiarno Syntax Literate, Vol. 6, No. 7, Juli 2021 3369 Panjang dan berliku-liku Masa depan cintaku Nampak semakin tak menentu Menunggu … Rinduku, kasihku … Wajah masa depanku Buram dan tak berwujud Wajah masa depanku Suram dan penuh kemelut … Riantiarno, 2019 Pada data ini menunjukkan kesedihan yang dialami oleh Engtay karena seorang yang ditunggunya tak kunjung tiba. Engtay sangat khawatir jika Sampek tidak datang tepat waktu sesuai dengan perjanjiannya, maka ia akan lebih dulu dilamar oleh Macun. Data 2 KS Engtay Menangis. Lari Ke Dalam Riantiarno, 2019 Pada data ini rasa sedih dialami oleh Engtay yang pada saat itu Macun dan ayah Macun datang ke rumah Engtay berniat untuk melamar Engtay. Namun pada saat itu hati Engtay benar-benar gundah gulana. Ia sangat terpaksa mengikuti kehendak orang tuanya untuk menerima perjodohan itu. Yang bisa dilakukan Engtay hanya diam dan menangis karena sudah tidak kuat lagi menahan emosinya dan ia memutuskan untuk lari ke dalam kamar. Data 3 KS Engtay “Ah, Sampek. Kamu membuat hatiku hancur berkaping-keping.” Riantiarno, 2019 Pada data ini rasa sedih dialami oleh tokoh Engtay karena mendengar penjelasan Sampek yang mengatakan bahwa ketika ditinggal oleh Engtay, Sampek merasa bahwa hidupnya taka da gunanya lagi tanpa Engtay di sisinya. Data 4 KS Engtay MENANGIS ”Tidak salah. Memang begitu kenyataanya.” Riantiarno, 2019 Data ini menjelaskan bahwa kesedihan yang dialami Engtay ketika Sampek mengatahui bahwa ternyata Engtay sudah ditunangkan oleh laki-laki lain yaitu Macun. Mendengar hal itu Sampek tidak percaya dan menanyakannya langsung kepada Engtay, dan Engtay meng-iya-kan berita itu. Data 5 KS Engtay Menangis Ah, Sampek. Barangkali kita memang tidak berjodoh. Misnawati, Ellok Rahmawati 3370 Syntax Literate, Vol. 6, No. 7, Juli 2021 Kalau tidak, mana mungkin kita harus menjalani lakon seperti ini. Tapi kalau boleh aku bilang, ini semua lantaran kebodohan kakak yang sangat kelewatan. Ingatkah pesanku agar kau datang jangan lebih dari 2 dan 8, 3 dan 7, 4 dan 6 hari? Kau datang terlambat sekali.” Riantiarno, 2019 Pada data ini Engtay menangis ketika menjelaskan bahwa akibat kebodohan Sampek yang datang terlambat, tidak sesuai dengan hari yang dijanjikan oleh Engtay. Akibatnya Sampek tidak bisa meminang Engtay dan mereka tidak bisa bersatu. Karena pada saat itu Engtay sudah ditunangkan oleh laki-laki lain. Data 6 KS Engtay Menangis. Menyanyi Segalanya sudah terlanjur Ibarat nasi sudah jadi bubur Apalagi yang perlu disesali, apalagi? Jodoh kita nyatanya bukan untuk zaman ini Riantiarno, 2019 Dalam nyanyian ini Engtay mengatakan dengan kesedihan yang amat dalam bahwa ia dan Sampek memang tidak ditaksirkan oleh Tuhan berjodoh saat itu. Sampek dan Engtay sudah tidak bisa melakukan apa-apa untuk mempertahankan hubungan mereka. semuanya sudah terlanjur, nasi sudah menjadi bubur dan tidak mungkin untuk diubah lagi. Data 7 KS Engtay Menangis Lari Ke Dalam Kamar Riantiarno, 2019 Data ini menunjukkan bahwa hati Engtay merasakan kesakitan yang amat dalam. Ia tidak bisa menerima lamaran Sampek lantaran ia sudah ditunangkan oleh Macun. Karena ia tidak sanggup melihat Sampek yang tengah patah hati pula. ➢ Cinta Data 1 RC Engtay MENGALIHKAN PERSOALAN “Lihat belibis-belibis itu. Asyik berenang dan tidak peduli sekeliling. Lihat sepasang angsa itu, mereka dekat satu sama lain seakan tidak mau lepas. Mereka sedang berpacaran. Aih, kalau saja kita bisa seperti angsa itu. Dekat satu sama lain, saling mencintai. Kita masing-masing belum terikat, sendiri dan belum punya pasangan. Seharusnya kita juga bisa saling berpasangan.” Riantiarno, 2019 Emosi dalam Naskah Drama Sampek dan Engtay Karya Norbertus Riantiarno Syntax Literate, Vol. 6, No. 7, Juli 2021 3371 Pada data ini menunjukkan bahwa Tokoh Engtay sedang berusaha untuk mengungkapkan perasaan cintanya kepada Sampek. Dengan sebuah pengibaratan-pengibaratan yang indah. Data 2 RC Engtay “Baru kaulah lelaki yang kucintai.” Riantiarno, 2019 Data ini menunjukkan bahwa Engtay mengatakan bahwa Sampek adalah laki-laki pertama yang ia cintai. Data 3 RC Engtay TERLONGONG-LONGONG DI DEPAN KUBURAN SAMPEK Aku datang padamu Sampek. Kemarin malam kau yang menemuiku dalam mimpiku. Begitu jelas, sampai aku tak tahu itu cuma mimpi atau memang kenyataan. Kau tidak berkata apa-apa selain menyebut namaku berulangkali. Kau tidak meminta apa-apa, tapi aku sangat paham apa yang kau kehendaki. Sekarang aku datang. Aku disini. Engtay Sepanjang jalan aku semakin yakin, ternyata aku hanya mencintai seorang lelaki, kaulah itu, Sampek. Dan bukan Macun. Kaulah yang seharusnya menjadi suamiku, dan bukan yang lainnya. ENGTAY MENYOBEK KAIN YANG DIPAKAINYA DAN MENOREHKAN KATA-KATA DISITU DENGAN DARAH YANG DIAMBIL DARI UJUNG JARINYA LALU ENGTAY MEMBACA APA YANG SUDAH DITULISNYA ITU DENGAN SEDU SEDAN “Hidup atau mati, kuingin selalu bersamamu. Tiada yang sanggup memisahkan cinta kita. Juga tidak kematian .. MENUANG TIGA CAWAN ARAK, MENUMPAHKANNYA KE TANAH DI DEPAN KUBURAN SAMPEK Terimalah arak persembahan. MENANGIS Sampek, Sampek, Sampek … Riantiarno, 2019 Data 4 RC Engtay Kau taruh tusuk kondeku disini. Aku tahu, apa yang kau harapkan dariku. Sampek, kuambil tusuk konde ini. Akan kuketuk-ketuk di kuburannya Kalau kita memang berjodoh, kuburan ini pasti akan terbuka. Lalu aku akan masuk dan menjadi satu dengan jasadmu untuk selama-lamanya. Tapi kalau kita memang tidak berjodoh, tentu aku akan terus dibawa Macun ke Rangkasbitung dan jadi isterinya seumur hidup. Sampek, kau mati lantaran aku. Buktikan, bahwa kematianmu tidak sia-sia. Aku ketukkan tusuk konde ini tiga kali. Terbukalah … Terbukalah kuburmu ini … MENGETUK-NGETUK TUSUK KONDE KEKUBUR SAMPEK, SEBANYAK TIGA KALI Riantiarno, 2019 Misnawati, Ellok Rahmawati 3372 Syntax Literate, Vol. 6, No. 7, Juli 2021 Data 5 RC TIBA-TIBA, SETELAH KETUKAN YANG KETIGA, TERDENGAR GELEGAR GUNTUR, PADAHAL LANGIT TIDAK SEDANG MENDUNG LALU SEBUAH CAHAYA, BAGAI METEOR, JATUH DARI LANGIT. CAHAYA ITU LANGSUNG MEMBENTUR KUBURAN SAMPEK, SEHINGGA KUBURAN JADI TERBELAH DAN MENGANGA ENGTAY TERKESIMA. SEMUA TERKESIMA Riantiarno, 2019 Data 6 RC Engtay TERSENYUM Kita memang berjodoh. Tunggu aku, Sampek! Aku datang! ENTAY MASUK KEDALAM KUBUR SAMPEK DENGAN GERAK YANG SANGAT INDAH SEKALI Riantiarno, 2019 Pada data 3, 4, 5, dan 6 ini Engtay menepati janjinya bahwa ia akan datang ketempat peristirahatan Sampek. Engtay menangis meraung-raung ia mengatakan bahwa sepanjang perjalanan arak-arakan pernikahan Engtay dan Macun, Engtay semakin yakin bahwa hanya ada satu laki ia cintai, yaitu sampek. Setelah tibanya di kuburan Sampek, Engtay merobek kain suteranya dan menorehkan tulisan di perkuburan Sampek. Beberapa saat kemusian Engtay menyadari bahwa Sampek memang benar-benar melakukan apa yang diminta Engtay yaitu meletakkan tusuk konde Engtay yang pernah diberikan kepada Sampek. Tusuk konde itu oleh keluarga dan atas permintaan Sampek ditaruh diatas kuburannya. Setelah menyadari hal itu Engtay pun mengambil tusuk kondenya dan memukulkan tusuk konde itu sebanyak tiga kali, sambil mengatakan jika memang mereka berjodoh, maka kuburan itu terbuka dan jasad merekapun menyatu,. Namun jika kuburan itu tidak terbuka maka mereka memang tidak berjodoh, dan Engtay akan terus dibawa Macunke Rangkasbelitung. Seketika itu pula lengit menjadi mendung dan Guntur pun menggelerag dan tiba-tiba ada cahaya bagaikan meteor jatuh mengenai kuburan Sampek dan terbukalah kuburan itu. Mengetahui hal itu Engtay pun yakin bahwa mereka memang jodoh yang ditakdirkan oleh Tuhan. Engtay segera masuk ke dalam kuburan itu dan bersatu dengan jasad Sampek. c Tokoh Macun ➢ Rasa Malu Data 1 RM Macun “Ah, Ayah, bisa saja.” Riantiarno, 2019 Emosi dalam Naskah Drama Sampek dan Engtay Karya Norbertus Riantiarno Syntax Literate, Vol. 6, No. 7, Juli 2021 3373 Rasa malu ini dialami oleh tokoh Macun ketika Kapten Liong mengatakan bahwa Macun telah mempersiapkan semua keperluan pernikahannya dengan Engtay. Bahkan Macun sudah membeli beberapa peralatan rumah tangga. Dan juga harga sewa tandu pengantin. ➢ Kebencian Data 1 KB Macun MELEDAK MARAH “Jangan pedulikan! Bongkar!” Riantiarno, 2019 Data ini menunjukkan bahwa Macun sangat murka melihat tunangannya di telah oleh kuburan Sampek. Sampek Murka dan menyuruh para penggali kubur untui membongkar kuburan itu dan menemukan orang yang sangat ia cintai itu. d Tokoh Juragan Ciok ➢ Rasa Bersalah Data 1 RB Ciok “Ini akibat kita turuti apa yang dia mau sejak kecil. Dia anggap semua persoalan jalan keluarnya gampang-gampang saja. Kalau sekarang kita larang niatnya itu, aku takut nanti dia kaget. Lalu sakit, terus kalau dia sakit? Bagaimana? Dia anak kita satu-satunya….” Riantiarno, 2019 Data ini menunjukkan bahwa Ciok sangat menyesal karena tela mendidik Engtay dengan menuruti semua keinginannya. Hingga pada saatnya tiba Engtay meminta sesuatu yang menurutnya akan membuat boomerang bagi keluarga mereka, dan jika keinginan Engtay tidak dituruti takutnya ia akan sakit. Ciok tidak ingin Engtay sampai sakit karena Engtay adalah anak satu-satunya dan sangat ia sayangi. ➢ Cinta Data 1 RC Ciok “Mau apa lagi? Kalau ibumu sudah setuju, masa aku tidak? Lebih baik kamu siap-siap. Besok pagi kamu berangkat. Nanti ayah urus supaya kamu bisa langsung diantar kegedung sekolahan. Kebetulan ayah kenal baik guru kepala disana, ayah akan surati dia.” Riantiarno, 2019 Data ini menunjukkan bahwa Ciok sangat menyayangi anak semata wayangnya itu. Ciok akan mengabulkan semua permintaan Engtay meski hal itu melanggar aturan di zaman mereka. walaupun dengan terpaksa Ciok mengizinkan Engtay untuk pergi sekolah ke Betawi, Ciok tetap mengurus semua keperluan Engtay di Sana. e Tokoh Nyonya Ciok ➢ Kesedihan Misnawati, Ellok Rahmawati 3374 Syntax Literate, Vol. 6, No. 7, Juli 2021 Data 1 KS Nyonya Ciok TERPENGARUH. IKUT MENANGIS “Engtay, anakku. Apa boleh buat. Ibu akan mengizinkan. Tapi kamu harus ekstra hati-hati. Waspada sama orang asing. Jangan terlalu cepat percaya sama orang yang baru kamu kenal. Betawi itu kota besar, jauh lebih gede dari Serang. Macam-macam orang berkumpul di kota itu, campur aduk kayak cendol. Kamu harus jeli memilih teman. Hemat pangkal pandai, rajin pangkal kaya. Harus patuh sama gurumu!” Riantiarno, 2019 Data ini menunjukkan kesedihan yang dialami oleh Nyonya Ciok karena sebentar lagi ia akan ditinggalkan oleh anaknya pergi sekolah ke Betawi. Nyonya Ciok takut hal-hal buruk akan menimpa Engtay di tanah rantau yang merupakan sebuah kota besar, maka dari itu nyonya ciok memberikan banyak wejangan kepada Engtay agar terus berhati-hati dengan orang-orang di Betawi. Tidak bisa dipungkiri bahwa Nyonya Ciok sangat khawatir dengan keinginan Engtay kali ini. ➢ Cinta Data 1 KS Nyonya Ciok “Hatimu memang baik, dan aku percaya. Itu sebabnya aku dan ayahmu memutuskan untuk tidak membuat kakimu kecil seperti yang sudah dilakukan oleh leluhur-leluhur kita. Lihat, kakiku sendiri masih kecil. Dan apa yang kami putuskan itu hanya menandakan kami sangat mencintaimu.” Riantiarno, 2019 Pada data ini Nyonya Ciok menyatakan bahwa semua hal yang dilakukan untuk Engtay adalah demi kebaikan dan kebahagiaan Engtay menurutnya. Ia tidak ingin anaknya bersaib sama sepertinya yang memiliki “kaki kecil” yang artinya ia tidak ingin Engtay seperti dirinya yang tidak bisa kemana-mana dan hidup sebagai seorang wanita yang hanya tahu kehidupan dikeluarganya saja, tanpa mengetahu betapa luasnya dunia ini untuk dilihat dan dikagumi. Maka dari itu ia menuruti semua yang diminta oleh Engtay dengan mudah. Data 2 KS Nyonya Ciok MEMELUK ENGTAY “Anakku, buah hati, cahaya hidupku ….” Riantiarno, 2019 Data ini menunjukkan bahwa rasa cinta seorang sangatlah besar terhadap anaknya. Seorang ibu pasti menganggap anaknya sebagai cahaya hidupnya dan sumber kebahagiannya. f Tokoh Nyonya Nio Emosi dalam Naskah Drama Sampek dan Engtay Karya Norbertus Riantiarno Syntax Literate, Vol. 6, No. 7, Juli 2021 3375 ➢ Kesedihan Data 1 KS Nyonya Nio MENANGIS “Aduh, Sampek, anakku, jangan begini nak. Kamu anakku satusatunya, bangkitlah semangatmu, nak. Jangan habis hanya lantaran cinta. Sampek, untuk apa mengingat-ingat gadis yang sudah bertunangan?” Riantiarno, 2019 Pada data ini menunjukkan bahwa Nyonya Nio ibu Sampek sedih melihat anaknya yang sedang sakit-sakitan akibat patah hati. Nyonya Ciok terus memberikan semangat kepada anaknya untuk segera sembuh, demi kesembuhan anaknya ia menyuruh Sampek untuk melupakan Engtay yang sudah bertunangan itu. ➢ Cinta Data 1 RC Nyonya Nio “Apa gadis itu bisa meramal? Jangan dengarkan dia Sampek. Kau pasti akan sembuh. Minumlah obat yang diberikan tabib Koh. Sesudah sembuh, ibu janji, akan mencarikan kamu gadis yang jauh lebih hebat dari Engtay. Sampek, sembuh nak, sembuh ya? Kasihani ibumu ….” Riantiarno, 2019 Data ini menunjukkan rasa cinta Nyonya Nio kepada Sampek anaknya. Bahkan ia memanggilkan tabib untuk kesembuhan anaknya, ia tidak ingin melihat anaknya sakit-sakitan lantaran Sampek terus-menerus mengingat nama Engtay. Bahkan Nyonya Nio berjanji jika Sampek sembuh maka ia akan mencarikan gadis yang jauh lebih baik dari pada Engtay. g Tokoh Nio ➢ Kebencian Data 1 KB Nio “Kurang ajar. Kurang ajar. Apa maksud dari surat itu? Sok pintar sekali. Lebih pintar dari tabib yang paling pintar. Kurang ajar.” Riantiarno, 2019 Data ini menunjukkan bahwa Nio ayah Sampek sangat marah kepada Engtay, lantaran surat yang dikirim Engtay untuk Sampek, yang menurutnya isi surat itu malah mendoakan Sampek agar cepat mati. Tidak ada satu pun orang tua yang terima jika anaknya didoakan cepat mati oleh orang lain, bahkan itu adalah orang yang sangat dicintai anaknya. Mungkin karena keburu emosi, maka ayah Sampek sangat marah mendengar hal itu dan malah salah mengartikan maksud dari surat Engtay tersebut. Misnawati, Ellok Rahmawati 3376 Syntax Literate, Vol. 6, No. 7, Juli 2021 h Tokoh Sukiu ➢ Kesedihan Data 1 KS Sukiu MENANGIS. SAMBIL MENGHAPUS AIR MATA YANG MELELEH “Memang gadis ini teramat sangat kelewat kurang ajar. Ini namanya menyumpahi….” Riantiarno, 2019 Data ini menjelsakan bahwa Sukiu juga ikut bersedih melihat surat dari Engtay untuk Sampek yang dibawanya. Tadinya ia berharap surat itu berisi doa yang atau kata-kata semangat untuk menyebuhkan Sampek, ternyata isi surat itu bertolah belakang dengan yang diharapkan. Ia sedih ketika melihat juragannya yang sangat ia sayangi disumpahi cepat meninggal oleh Engtay. Sukiu tidak terima dengan hal itu. i Tokoh Jinsim ➢ Rasa Malu Data 1 RM Jinsim MALU-MALU “Nyonya Besar ….” Riantiarno, 2019 Data ini menunjukkan rasa malu yang dialami oleh tokoh Jinsim ia menyampaikan keinginnya kepada Nyonya Ciok untuk ikut Antong pergi ke Betawi menjemput Engtay. Data 2 RM Jinsim MALU “Maaf Nya Besar, tapi diizinkan ikut ya?” Riantiarno, 2019 Data ini menunjukkan bahwa Jinsim tetap bersikukuh untuk ikut Antong ke Betawi dengan sikap yang sedikit malu-malu, takut kalau-kalau ia tidak diizinkan juragannya tersebut. j Tokoh Romeo ➢ Cinta Data 1 RC Romeo MUNCUL BERSAMA YULIET “Ibarat bunga, mawar ataupun kenanga, kalau ia harum, nama tak lagi penting adanya. Yuliet, dikau ibarat bunga. Berganti nama sejuta kalipun, asal dikau adalah Yuliet seperti yang kukenal sekarang ini, duhai, dikau tetap kucinta …” Riantiarno, 2019 Data ini menunjukkan bahwa Romeo sangat mencintai Yuliet. Hal ini dapat dilihat dari pengibaratan yang diberikan oleh Romeo kepada Yuliet, bahwa Yuliet ibarat bunga, mesipun berganti nama sejuta kalipun, asal itu adalah Yuliet seperti yang ia kenal sekarang, maka ia akan tetap mencintai Yuliet. Emosi dalam Naskah Drama Sampek dan Engtay Karya Norbertus Riantiarno Syntax Literate, Vol. 6, No. 7, Juli 2021 3377 k Tokoh Juliet ➢ Cinta Data 1 RC Juliet MANJA “Ah, ah ….” Riantiarno, 2019 Dialog di atas menggambarkan bahwa Yuliet salah tingkah dengan pernyataan cinta Romeo. Ia pun semakin mencintai Romeo karena ungkapan cintanya tersebut. hingga Engtay tidak memiliki kata-kata lain selain “Ah, ah…” yang dapat diungkapkannya. Hatinya sangat bahagia mendengar hal itu. Kesimpulan Wujud Emosi Tokoh dalam Naskah Drama Sampek dan Engtay Karya Norbertus Riantiarno dalam penelitian ini menggunakan teori klasifikasi emosi David Krech yang sudah dimodifikasi oleh Albertine Minderop, awalnya emosi terbagi menjadi tujuh bagian, yaitu rasa bersalah, rasa bersalah yang dipendam, menghukum diri sendiri, rasa malu, kesedihan, kebencian dan cinta. Namun, setelah dilakukan analisis data ternyata dalam naskah drama Sampek dan Engtay karya Norbertus Riantiarno hanya ditemukan lima klasifikasi emosi, yaitu rasa bersalah tiga data, rasa malu lima data, kesedihan enam belas data, kebencian satu data, dan cinta lima belas data. Misnawati, Ellok Rahmawati 3378 Syntax Literate, Vol. 6, No. 7, Juli 2021 BIBLIOGRAFI Abraham, Ihsan. 2017. Struktur kepribadian tokoh dalam novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar. Kembara, 31, 55–63. Google Scholar Fajriyah, Khoiriyatul, Mulawarman, Widyatmike Gede, & Rokhmansyah, Alfian. 2017. Kepribadian tokoh utama wanita dalam novel alisya karya muhammad makhdlori kajian psikologi sastra. CaLLs Journal of Culture, Arts, Literature, and Linguistics, 31, 1–14. Google Scholar Fazalani, Runi. 2021. Menganalisis Novel “Cantik Itu Luka” Karya Eka Kurniawan Melalui Unsur Intrinsik Dan Menggunakan Psikoanalisis. Reform Jurnal Pendidikan, Sosial, Dan Budaya, 401, 11–23. Google Scholar Handayani, Nunung. 2018. Klasifikasi Emosi Tokoh Jati Dalam Novel Jangan Miringkan Sajadahmu Karya Muhammad B. Anggoro Ditinjau Dari Psikoanalisis Sastra Serta Hubungannya Dengan Pembelajaran Sastra Di SMA. Universitas Mataram. Google Scholar Hidayati, Eka Suci, Wardiah, Dessy, & Ardiansyah, Arif. 2021. Klasifikasi Emosi Tokoh Dalam Novel Titian Takdir Karya W Sujani Kajian Psikologi Sastra. Jurnal Pendidikan Tambusai, 51, 2005–2017. Google Scholar Koswara. 1991. Teori-Teori kepribadian. Bandung PT. Gresco. Krech, David, Crutchfield, Richard S., & Livson, Norman. 1974. Elements of psychology. Alfred a. knopf. Google Scholar Miswari, Miswari. 2017. Mengelola Self Efficacy, Perasaan dan Emosi dalam Pembelajaran melalui Manajemen Diri. Cendekia Jurnal Kependidikan Dan Kemasyarakatan, 151, 67–82. Google Scholar Nirmala, Afsun Aulia. 2009. Naskah drama sampek engtay karya n. riantiarno dan romeo juliet karya William shakespeare tinjauan intertekstualitas, kajian feminisme, dan nilai edukatif. UNS Sebelas Maret University. Google Scholar Papalia, Diane E., Feldman Duskin, Ruth, & Martorell, Gabriela. 2015. Perkembangan Manusia. 1–486. Ratna, I. Nyoman Kutha. 2013. Teori, metode & teknik penelitan sastra dari strukturalisme hingga postrukturalisme perspektif wacana naratif. Pustaka Pelajar. Google Scholar Riantiarno. 2019. Norbertus. Diakses 10 Juni 2019. Google Scholar Copyright holder Misnawati, Ellok Rahmawati 2021 Emosi dalam Naskah Drama Sampek dan Engtay Karya Norbertus Riantiarno Syntax Literate, Vol. 6, No. 7, Juli 2021 3379 First publication right Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia This article is licensed under Misnawati MisnawatiStefani Ratu LestariningtyasNirena Ade ChristyRobertus Hary PurnomoPenelitian ini bertujuan 1 mengungkap proses penciptaan seni Pertunjukan “BAH” oleh Teater Tunas PBSI Universitas Palangka Raya;2 mengungkap tanda yang berkaitan dengan aktivitas aktor pertunjukan “BAH” oleh Teater Tunas PBSI Universitas Palangka Raya;3mengungkap tanda yang berkaitan dengan penampilan aktor pertunjukan “BAH” oleh Teater Tunas PBSI Universitas Palangka Raya; dan 4 mengungkap tanda yang berkaitan dengan aspek ruang padapertunjukan “BAH” oleh Teater Tunas PBSI Universitas Palangka Raya; dan 5 mengungkap tanda yang berkaitan dengan akustik non-verbal. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan 1 teknik perekaman, baik audio maupun audiovisual, 2 pencatatan, 3 wawancara yang mendalam, 4 studi kepustakaan dan analisis dokumentasi. Sumber data utama yang dianalisis adalah tuturan aktor dan sistem tanda dalam Pertunjukan “BAH” oleh Teater Tunas PBSI Universitas Palangka Raya. Temuan Penelitian 1 terungkap kalau proses penciptaan seni Pertunjukan “BAH” oleh Teater Tunas PBSI Universitas Palangka Raya dimulai dari memilih naskah, menelaah/membedah naskah drama, membaca naskah drama, membagi peran, latihan pemeranan, penentuan tata pentas, penentuan tata lampu, penentuan tata kostum, penentuan tata rias, dan pementasan drama. 2 Tanda yang berkaitan dengan aktivitas aktor adalah para pemain memerankan lakonnya masing-masing, mimiknya sudah sesuai, dan gerak tubuhnya juga sudah sesuai. 3 Tanda yang berkaitan dengan penampilan aktor secara umum sudah bagus. Mulai dari wajah, rambut, dan kostum sudah mewakili perannya masing-masing. 4 Tanda yang berkaitan dengan aspekruang sudah menarik, property panggung sudah sesuai dengan tuntutan naskah. Di tengah panggung terdapat kuburan keramat. Tata lampu panggung pun sudah menyinari pemain.5 Tanda yang berkaitan dengan akustik non-verbal meliputi bunyi dan tata musik sudah bagus, seperti saat musik opening yang mampu membuat penonton terbawa dalam rasa mencekam dan menyeramkan. Saat adegan lucu pun musik yang dipilih dapat membuat penonton tertawa dan aims of this research are 1 to describe the form of code mixing in Resign! 2018 by Almira Bastari, 2 describes the function of code mixing in the novel Resign! 2018 by Almira Bastari. The approach used in this research is a qualitative approach. The qualitative approach in this study is to describe the form of code mixing and the function of code mixing. The data analysis technique used in this study is using library techniques and reading and note-taking techniques. The results of this study indicate that there is a code mixing event in the novel Resign! 2018 by Almira Bastari. First, the form of code mixing found in the novel Resign! 2018 by Almira Bastari totaling 251 data. The data specifically relates to the inclusion of elements of English into Indonesian. 1 mixed code in the form of words, there are 143 data, 2 mixed code in the form of phrases, there are 55 data, 3 mixed code in the form of clauses, there are 11 data, 4 mixed code in the form of repetition of words, there are 2 data, 5 mixed code in the form of expressions or idioms, there are 3 data, and 6 code mixing in the form of baster, there are 37 data. Second, the code mixing function contained in the novel Resign! 2018 Almira Bastari's work is 1 to respect the interlocutor there is 1 data, 2 to emphasize a certain intention there are 23 data, 3 to show self-identity there are 30 data, 4 as the influence of the subject matter there are 2 data, 5 as speech opponent specifications there are 192 data, 6 as quotations there are 3 data. As for the code mixing function, the inclusion of English elements into Indonesian as sentence inserts and as repetition was not found by the researchers. Misnawati MisnawatiPetrus PoerwadiApritha AprithaSiti RahmawatiPerformance Semiotics in Dramatic Performance is a study of the semiotics of theater or stage performances related to the theory of signs and sign systems in the performing arts called theater. Theater semiotics tries to understand the components of theater and establishes the assumption that everything within the framework of theater is a sign or sign. Theatrical performances are essentially a series of sign systems. This study aims to 1 reveal the process of creating and presenting the performance art of the Mental Ill Ballad Drama, 2 reveal signs related to the activities of the Mentally Ill Ballad Drama performance actors, 3 reveal signs related to the appearance of the Mentally Ill Ballad Drama performance actors Jiwa, 4 reveals signs related to the spatial aspect or place of the performance of the Mentally Ill Ballad and 5 reveals signs related to the non-verbal acoustic aspects of the Mentally Ill Ballad's performance. This research was carried out at the Campus of the Indonesian Language and Literature Education Study Program, Department of Language and Arts Education, FKIP, Palangka Raya University, Central Kalimantan Province. The object of research is students who practice theater and perform theater. This study involved 1 lecturers who taught the Drama/Theatre Performance course, 2 drama/theatre arts workers, and 3 students who practiced and performed plays/theatre. Data collection techniques in this field research are observation, recording, recording, and interviews. The collected data will be analyzed using the theory of Performance Semiotics. The performance semiotics contained in the performance of the drama Balada Illness, are 1 signs related to the process of creating and presenting performing arts, 2 signs related to actor activities, 3 signs related to actor appearances, 4 signs related to spatial aspects, and 5 signs related to non-verbal study aims to describe 1 spelling mistake on banners and billboards in the city of Palangka Raya, 2 describe diction mistake on banners and billboards in the city of Palangka Raya. This study is a qualitative research. Qualitative research is used to describe the mistakes in the use of spelling and diction on banners and billboards in the city of Palangka Raya. Based on the results of the data analysis of spelling and diction mistakes on banner and billboards in the city of Palangka Raya, there are 55 language mistakes, the dominant data is the data of spelling mistake from the use of diction mistake data. There are 36 data of spelling mistake, and 19 data of diction usage mistake. The results of the analysis based on the formulation of the problem are as follows. First, the mistake in the use of spelling that were analyzed were 36 data. There are 20 data of spelling mistakes on banners and there are 16 data of spelling mistakes on billboards. Second, there were 19 data that were analyzed in the mistakes of diction. There are 8 data of diction mistakes on banners, and 11 data diction mistakes on Nor ApifahAlifiah NurachmanaYuliati Eka AsiWinda SaptaniarsihThis study aims to find religious values in the main characters of the animated film Upin and Ipin in the form of 1 Honesty 2 Justice 3 Benefit for others 4 Humility 5 Work efficiently 6 Future vision 7 High discipline 8 Balance. Research uses a descriptive approach. The source of the research data is the animated film Upin and Ipin The Beginning Gang of Adventures. Data obtained by non-participant observation. The data analysis techniques used are 1 Data Collection 2 Data Reduction 3 Data Presentation 4 Drawing Conclusions or Verification. The validity of the data obtained by triangulation. The results of this study are 1 The form of religious values in the form of honesty is found in all the main characters. 2 Forms of religious values in the form of justice are found in the characters Badrol, Lim, Ros, and Rajoo 3 Forms of religious values in the form of benefiting others are found in all the main characters 4 Forms of religious values in the form of humility are found in all the main character 5 The form of religious values that manifests efficient work is found in all the main characters 6 The form of religious values that is in the form of future vision is present in all the main characters 7 The form of religious values that is in the form of high discipline is found in all the main characters 8 The form of religious values in the form of balance is found in all the main SaputraAlifiah NurachmanaHernika Anja Ratna PutriSelvia SarcieThe aims of this study were 1 to describe the types of figurative language that are contained in the Anthology of Teacher's Poems about a Book and the Secrets of Knowledge; and 2 describe the implications for learning literature in high school. This research approach is descriptive qualitative, in line with the findings of the study, namely in the form of a description of the types of figurative language repetition in the Anthology of Teacher's Poetry about a Book and the Secrets of Knowledge and their implications for learning literature in high school. This type of research is qualitative, because the data findings are not obtained by statistical calculations quantitative but in the form of phrases, clauses and sentences contained in the Anthology of Teacher's Poems about a Book and Secrets of Knowledge. The results of this study show the following data, namely 1 the figurative language of repetition contained in the Teacher's Poetry Anthology of a Book and the Secret of Knowledge is a repetition of alliteration type of figure of speech consisting of nine quotations, the alliteration figure of speech in these quotations gives rise to an aesthetic impression of the poem. The figure of speech of repetition of the mesodiplosis type has one quote, the figure of speech of mesodiplosis in these quotations emphasizes the meaning of the poem. The figure of speech of repetition which is the type of repetition of five quotations, the figure of speech of repetition in these quotations raises the affirmation of meaning and adds to the aesthetics of the poem. The figure of speech of repetition of the epistrofa type has three quotations. the figure of speech of epistropha in these quotations raises the affirmation of the meaning of the poem, thus the dominant form of repetition used in the Anthology of Guru's Poetry About a Book and the Secrets of Knowledge is a form of repetition of the alliteration type. 2 The implications of the analysis of figurative language in the book Anthology of Teacher Poems About a Book and Secrets of Knowledge for the learning of literature in high school can provide an understanding of the types of figurative language of repetition in a poem. These implications can be used as additional teaching materials to improve students' ability to understand the building blocks of a poem while at the same time creating a work of study aims to 1 describe the obsession of the characters in the novel Guru Aini by Andrea Hirata, 2 describe the inner conflicts experienced by the characters in the novel Guru Aini by Andrea Hirata, 3 describe the relevance of the obsession of the characters in the novel Guru Aini by Andrea Hirata in literature learning in high school. The method used in the research is a qualitative description method. The data in this study were sentences, dialogues, and paragraphs in the novel Guru Aini by Andrea Hirata. The data source in this research is the novel Guru Aini by Andrea Hirata published in February 2021 published by PT Bentang Pustaka with a total of 336 pages. The data collection technique is done by using the library / reading technique, taking notes, and then entering it into the data collection table. Data analysis techniques used data reduction, data exposure, and inference. The validity of the data was obtained through source triangulation. The results of this study indicate that 1 the obsession of the characters in the novel Guru Aini by Andrea Hirata, there are four characters who have an obsession, Desi is one of the characters who has an obsession with Desi's obsession, which is obsessed with finding students who are geniuses in mathematics in Ketumbi's village. 2 inner conflict in the novel Guru Aini by Andrea Hirata, there are ten characters who have inner conflicts, Desi is a character who often experiences inner conflicts. 3 the relevance or relevance of the novel Guru Aini by Andrea Hirata in learning literature in class XII high school with basic competencies. Analyzing fiction in SantianiPetrus Poerwadi Misnawati MisnawatiSri MayaMystical is a spiritual effort in realizing the social relations that prevail in society. Mystical as an understanding that gives teachings that are secret or all-secret, hidden, dark, and veiled in darkness, so that they are only known, known, or understood by certain people,especially their adherents. This study aims to describe the mystical forms and beliefs of the Ma'anyan Dayak people towards mystical matters including 1Mystical forms in the novels Minyak Bintang, Dalung, and Kariau 2 Public beliefs in mystical elements contained in the novels Minyak Bintang, Dalung, and Kariau 3 implications for literature learning in high school class XII. This research approach uses a qualitative research approach using descriptive methods. The data sources used in this study are Novels, Wawaacara, and field notes. The data in this study are Neno Cristiandi Neno's novel Minyak Bintang, Dalung, and Kariau and interviews with speakers conducted in Jaweten Village and Garinsing Village, East Barito Regency. Data analysis of this study was analyzed by reducing data, presenting data, and drawing conclusions. The results of research on mystical forms and people's belief in mystical things and implications for literature learning in high school show 1 How mystical forms in the novels Minyak Bintang, Dalung, and Kariau. 2 there are five mystical forms3 there are three public beliefs in mystical things. The results of this study can be used in novel learning in high school class XII, especially in competency interpreting the author's view of life in the novel being TritiaPetrus Poerwadi Paul DimanMariani MarianiReduplication is a study of morphology regarding the process of repeating words, either in whole or in part, with varying phonemes or not, in combination with affixes or not, and becomes a language unit as a phonological and grammatical tool. This research was conducted to find out how the form and meaning of the reduplication of the Ngaju Dayak language in the stories of Tambun and Bungai are found in the book "The Ot Danum from Tumbang Miri until Tumbang Rungan". This study uses a qualitative research method with a descriptive approach and the data are taken from a book about legend stories about the Ngaju Dayak in a book entitled "The Ot Danum from Tumbang Miri until Tumbang Rungan". Data collection techniques on this research is a listening and note-taking technique. Data analysis techniques used is according to Matthew B. Miles and A. Michael Huberman which is divided into three namely data reduction, data display or data presentation, as well as conclusions and conclusions verification. The results of the research on the legendary stories about Tambun and Bungai in a book entitled "The Ot Danum from Tumbang Miri until Tumbang Rungan" shows that 1 there are 4 forms of reduplication and 3 types of reduplication meanings in this study. The results of the study also has implications for literary learning for grade X senior high school students in second semesters, especially KD and KD AlfianiePatrisia CuesdeyeniAlifiah NurachmanaIka NurfitriaThis study aims to determine the ecranization of Rweinda's Antares novel into the Antares film directed by Rizal Mantovani, namely in the form of shrinking, adding, and varying changes. This research is limited to ecranization analysis of intrinsic elements plot, characters, and setting. Therefore, this study will describe 1 the ecranization of Rweinda's novel Antares in the film Antares directed by Rizal Mantovani, 2 the ecranization of the addition of the novel Antares by Rweinda into the film Antares directed by Rizal Mantovani, and 3 the ecranization of changes varies from the novel Antares by Rweinda to the film Antares directed by Rizal Mantovani. This study used descriptive qualitative method. The subject of this research is a novel entitled Antares by Rweinda and the film Antares directed by Rizal Mantovani. Data collection procedures in this study used reading techniques, viewing techniques, and note-taking AbrahamPenelitian ini bertujuan mendeskripsikan struktur kepribadian tokoh utama dalam novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan psikologi sastra, teori struktur kepribadian Sigmund Freud yang meliputi id atau das es, ego atau das ich, superego atau das ueber ich. Data penelitian ini berupa kata-kata dan tindakan serta kutipan yang berkaitan dengan struktur kepribadian tokoh utama Keke, struktur kepribadian tokoh tambahan Ayah, dan struktur kepribadian tokoh tambahan Andi. Sumber data diperoleh dari novel Surat Kecil Untuk Tuhan Karya Agnes Davonar. Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri serta dibantu oleh kisi-kisi penjaringan data berupa tabel. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa struktur kepribadian tokoh utama Keke, tokoh bawahan Ayah dan tokoh bawahan Andi dalam novel “Surat Kecil Untuk Tuhan” karya Agnes Davonar dibagi menjadi tiga unsur, yakni id atau das es, ego atau das ich, superego atau das ueber ich. Struktur kepribadian id tokoh utama Keke didominasi oleh proses primer membayangkan dan menghayal, struktur kepribadian ego tokoh utama Keke timbul dan terjadi karena dorongan dari id karena ego adalah ekskutif atau pelaksana, dan struktur kepribadian superego tokoh utama Keke didominasi oleh conscience. Struktur kepribadian id tokoh bawahan Ayah didominasi oleh tindak refleks dan proses primer, struktur kepribadian ego tokoh bawahan Ayah timbul dan terjadi karena dorongan dari id, struktur kepribadian superego tokoh bawahan Ayah didominasi oleh ego ideal. Struktur kepribadian id tokoh bawahan Andi didominasi oleh tindak refleks dan proses primer membayangkan, struktur kepribadian ego tokoh bawahan Andi beroperasi mengikuti prinsip realita, struktur kepribadian superego tokoh bawahan Andi didominasi oleh purposes of this research are to describe story facts, personality structure of female lead character, and the factor behind personality changes of female lead character in the novel Alisya by Muhammad Makhdlori. This research is a descriptive qualitative research with psychology of literature studies. This research use objective approach. The data source of this research is from the novel Alisya by Muhammad Makhdlori. The data collection techniques are reading and noting. The data analysis technique used qualitative analysis that consists of three ways, those are data reduction, data presentation, and drawing conclusion. The results of this research showed some findings, firstly, story fact in the novel Alisya consists of plot, characterization, and setting. The plot in this novel is forward. The characters in this novel are having roles as main character and additional character. Settings of place in this novel are in Batam, Jakarta and Singapore. Settings of time happen before Alisya became a bitch, after Alisya became a bitch, when Alisya infected HIV’s virus and the last when Alisya stop became a bitch. Social setting in this novel is society’s point of view of HIV’s victim. Secondly, the stimulus of id in Alisya portrayed when Alisya want to flee from poverty, want to become a famous model, want to take a break, want to die, and want to eat. The responds of ego showed when Alisya decided to achieve an offer to take naked photo in magazine and when she decided to achieve Sandy’s invitation to go to the party that held in Singapore. The superego responds showed when Alisya counterbalances whether to achieve the offer to take naked photo or not. Thirdly, from the analysis of Alisya’s personality the researcher fond some factors of Alisya’s personality changes, those are; physical factor, social factor, and the factor from her own self. Keywords female lead character, personality, Alisya novel Miswari MiswariThis study is grounded from the reality there are many students who do not yet have self efficacy during the learning process. This reality is a major problem of the declining quality of teaching and learning activities. This reality became a concern teacher to find a solution. This study aimed to describe the urgency, the rule and functions and methods that can be used teachers to foster self efficacy learners. The type of this study is a research library with a logical approach unrealistic. The data obtained through the study of assosiated libraries with realities on theground. While the results of the study is first, self efficacylearners is very important in the learning process quality. Since he became the internal factors of learners to be ready to receive the the role and function of self efficacy in self learners can improve learning outcomes that a better qualified, because of the self-learners have the feeling that sure can judge him, controlling him, causing positive emotions about what he faced. Third, how to do to foster self efficacy is to train the management of self-learners. Self-management starts with the train-ability learners specify learning objectives, and be able to motivate and provide reinforcement to ourselves. هذه الدراسة تستندت على واقع الكفاءة الذاتية أثناء عملية التعلم. هذه احلقيقة هي املشكلة الرئيسية يف تدهور نوعية األنشطة التعليمية والتعلم. هذه احلقيقة هي أيضا مصدر االهتمام للمعلمني إلجياد حله. هدفت هذه الدراسة إىل وصف االستعجال، والقواعد، وظائف واألساليب اليت ميكن استخدامها من قبل املعلمني لتعزيز املتعلمني الكفاءة الذاتية. هذا البحث هو مكتبة األحباث مع نهج منطقي ليست واقعية. مت احلصول على البيانات من خالل باحث مكتبة مع الواقع على األرض. يف حني أن نتائج البحث هي أوال، الكفاءة الذاتية للطالب أمر مهم جدا يف جودة العملية التعليمية. منذ توليه العوامل الداخلية املتعلمني لتكون جاهزة الستقبال املعرفة. ثانيا، دور ووظيفة الكفاءة الذاتية يف املتعلمني الذاتي ميكن أن حتسن نتائج التعلم العالي اجلودة، وذلك ألن الطالب لديهم شعور واضح ميكن تقييم والسيطرة على أنفسهم اليت ميكن أن تسبب املشاعر االجيابية حول ما واجه. ثالثا، كيفية زراعة املتعلمني الكفاءة الذاتية. هو خدعة لتدريب اإلدارة الذاتية املتعلمني. تبدأ اإلدارة الذاتية، مع القدرة على تدريب الطالب على حتديد أهداف التعلم وحتفيز وتوفري التعزيز Novel "Cantik Itu Luka" Karya Eka Kurniawan Melalui Unsur Intrinsik Dan Menggunakan Psikoanalisis. Reform Jurnal Pendidikan, SosialRuni FazalaniFazalani, Runi. 2021. Menganalisis Novel "Cantik Itu Luka" Karya Eka Kurniawan Melalui Unsur Intrinsik Dan Menggunakan Psikoanalisis. Reform Jurnal Pendidikan, Sosial, Dan Budaya, 401, 11-23. Google ScholarKlasifikasi Emosi Tokoh Dalam Novel Titian Takdir Karya W Sujani Kajian Psikologi SastraEka HidayatiSuciWardiahDessyArif ArdiansyahHidayati, Eka Suci, Wardiah, Dessy, & Ardiansyah, Arif. 2021. Klasifikasi Emosi Tokoh Dalam Novel Titian Takdir Karya W Sujani Kajian Psikologi Sastra. Jurnal Pendidikan Tambusai, 51, 2005-2017. Google Scholar Koswara. 1991. Teori-Teori kepribadian. Bandung PT. of psychology. Alfred a. knopfDavid KrechRichard S CrutchfieldNorman LivsonKrech, David, Crutchfield, Richard S., & Livson, Norman. 1974. Elements of psychology. Alfred a. knopf. Google ScholarNaskah drama sampek engtay karya n. riantiarno dan romeo juliet karya William shakespeare tinjauan intertekstualitas, kajian feminisme, dan nilai edukatif. UNS Sebelas Maret UniversityAfsun NirmalaAuliaNirmala, Afsun Aulia. 2009. Naskah drama sampek engtay karya n. riantiarno dan romeo juliet karya William shakespeare tinjauan intertekstualitas, kajian feminisme, dan nilai edukatif. UNS Sebelas Maret University. Google Scholar
Materi Ekstra Teater PRINSIP DASAR DRAMA Oleh Cak Amir Jika bahasa memiliki Linguistik, film mempunyai Sinematografi, sosial memiliki Sosiologi, budaya memiliki Antropologi, maka drama dan teater memiliki Dramaturgi sebagai ilmunya. Dramaturgi adalah ilmu yang mempelajari dan mengaji tentang segala aspek drama dan teater. Dramaturgi berasal dari bahasa inggris dramaturgy yang berarti seni atau teknik penulisan drama dan penyajiannya dalam bentuk teater. Berdasar pengertian ini, maka dramaturgi membahas proses penciptaan teater mulai dari penulisan naskah hingga pementasannya. Pada dasarnya kajian drama atau lakon memiliki kesamaan dengan kajian-kajian genre sastra lainnya, seperti prosa dan cerpen. Kajian drama, prosa, dan puisi, sesungguhnya ingin memahami makna yang ada di balik cerita atau peristiwa yang diungkapkan. Perbedaan ketiganya terletak pada cara mengajinya, mengingat bahwa ketiga genre tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Drama diciptakan untuk dibaca. Meskipun keduanya juga memungkinkan untuk dipentaskan tetapi penciptaan genre puisi dan prosa yang utama untuk dibaca. Drama, lakon atau disebut juga sastra drama, memiliki struktur wacana yang berbeda. Hal itu dapat segera dilihat ketika menghadapi naskah drama. Kesan pertama yang terlihat adalah, drama diungkapkan dalam dialog-dialog, berbeda dengan novel dan cerpen prosa, yang lebih menjabarkan ceritanya melalui penggambaran-penggambaran dan pelukisan-pelukisan tentang tokoh, latar, dan peristiwa. Berbeda pula dengan yang lebih ringkas dan padat dalam bentuk baris-baris dan bait-bait tipografi. Drama menceritakan peristiwa melaui dialog-dialog tokoh, kalau ada penggambaran, itu pun hanya sekadar notasi atau petunjuk laku bagi aktor atau tokoh secara singkat. Sebagai karya sastra drama mengungkapkan fenomena kehidupan manusia secara imajinatif, fiktif, dan ekspresif. Istilah imajinasi mengandung pengertian perenungan, penghayatan, pemikiran dan perasaan. Sedangkan istilah fiksi mengandung pengertian rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga tak perlu dicari kebenarannya dalam realitas. Istilah ekspresi mengandung cara mengungkapkan apa yang diimajinasikan seseorang dengan sarana bahasa. Setiap kreator memiliki gaya masing-masing. Pengertian Drama Kata “drama” berasal dari bahasa Yunani draomai, yang berarti berbuat, bertindak, berlaku, atau bereaksi. Drama berarti perbuatan, tindakan, atau reaksi. Drama adalah cerita atau tiruan perilaku manusia yang dipentaskan. Dalam dimensi sastra, drama adalah salah satu genre sastra selain prosa dan puisi. Namun drama mempunyai kekhususan dibanding dengan genre sastra yang lain. Kekhususan ini disebabkan tujuan drama ditulis pengarangnya tidak hanya berhenti sampai pada tahap pembeberan peristiwa untuk dinimati secara artistik imajinatif oleh pembacanya, namun musti diteruskan untuk dapat dipertontonkan dalam suatu penampilan gerak dan perilaku konkret yang dapat disaksikan. Drama dapat dipandang dalam dua dimensi, yaitu dimensi sastra dan pertunjukan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa drama adalah lakon baca pemeran yang hendak dipentaskan, sedang teater adalah panggung atau tempat lakon itu dipentaskan. Jika mengikuti pengertian tersebut antara drama dan teater dapat dibedakan dalam tabel berikut. Drama Teater - Naskah; skrip - Tempat pertunjukan, atau bahkan pertunjukan itu sendiri - Penulis- pembaca - Sutradara dan timnya – penonton - Kreasi; produksi - Re-kreasi; re-produksi - Dimensi sastra - Dimensi seni pertunjukan - Dibaca - Ditonton - Tokoh - Aktor Unsur-Unsur Drama Drama memiliki unsur pembangun yang disebut struktur, yang berbeda dengan cerpen, novel atau roman. Ada dua macam struktur dalam drama. Yaitu struktur tertutup dan struktur terbuka. Struktur tertutup closed drama dimana laku plot dari awal sampai akhir menggambarkan resolusi dan kesimpulan dari persoalan yang diungkapkan [biasanya untuk lakon konvensional]. Dalam struktur ini, alur berjalan berdasarkan hubungan sebab-akibat yang jelas dan realistis. Struktur terbuka open drama tidak memperhatikan kaitan waktu, kejadian, dan peristiwa. Juga tidak memperhatikan alur atau plot dari awal sampai akhir cerita mencapai kesimpulan konklusi. Biasanya struktur ini digunakan dalam drama kontemporer, seperti lakon absurd. Dalam konteks penulisan drama, hanya tiga unsur yang dibicarakan, yaitu penokohan, bahasa, dan gaya atau tipe naskah drama. Tiga hal itulah unsur utama yang perlu mendapatkan perhatian utama dalam menulis naskah drama. Alur atau Plot Plot atau Alur pada dasarnya merupakan deretan peristiwa dalam hubungan logik dan kronologik salaing berkaitan dan yang diakibatkan atau dialalmi oleh para pelaku. Plot merupakan jalinan cerita atau kerangka cerita dari awal sampai akhir. Yang terjalin melalui dialog dan lakuan dua atau lebih tokoh. Secara umum, plot terdiri atas beberapa tahapan berikut. Pelukisan Awal Tahaap ini merupakan tahap pengenalan tokoh-tokoh drama. Tahap ini berisi pelukisan awal dan pengenalan tokoh dan situasi latar cerita. Pada tahap ini pembaca atau penonton mulai mendapat gambaran tentang tokoh, situasi, atau latar cerita, dan peristiwa. Misalnya dalam drama Romeo dan Juliet, pembaca atau penonton mulai mengenal siapa Romeo dan siapa Juliet serta mlai mengenal watak kedua tokoh tersebut. Perkenalan antara keduanya di rumah Juliet merupakan kisah awal yang dapat diketahui oleh pembaca atau penonton. Pertikaian Awal Pada tahap ini masalah-masalah atau peristiwa-peristiwa yang menyulut konflik mulai dimunculkan. Jadi, tahapan ini merupakan tahapan awal munculnya konflik. Selanjutnya, konflik awal tersebut dikembangkan menjadi konflik-konflik yang lebih besar dalam tahap berikutnya. Perhatikan kutipan drama Romeo Juliet yang sangat terkenal di bawah ini. Romeo Kasih, demi bulan aku bersumpah padamu Juliet Jangan bersumpah demi bulan, karena bulan berubah setiap saat. Jangan-jangan cintamu bisa berubah Romeo Lalu demi apa aku harus bersumpah Juliet Jangan bersumpah. Atau jika kau ingin, bersumpahlah demi dirimu sendiri. Aku percaya padamu. Sungguh, aku sangat mempercayaimu Romeo Bagaimana bersumpah demi diri sendiri Juliet Kalau begitu tidah usah bersumpah. Kuncup kasih yang bersemi ini semoga menjadi bunga yang permai Romeo Cinta yang kudapat akan kutorehkan segalanya. Tetapi aku seorang Montique Juliet Dan aku seorang Capulet? Mengapa kita punya nama? Biarlah aku menjadi bukan Capulet dan Romeo, lupakanlah bahwa dirimu Montique Romeo Sayap cinta mempertemukan kita. Sebab itu tidak kutakuti nama Juliet Jika bertahan terhadap nama, kita akan dibunuh Dialog di atas mengisahkan perkenalan Romeo dan Juliet yang berlanjut dengan cinta yang mendalam. Percintaan itu mendapat tantangan dari kedua keluarga, keluarga itu saling bermusuhan. Kisah cinta kedua tokoh itulah yang menjadi konflik awal dalam drama dan terus berlangsung ke konflik-konflik lainnya dalam rangkaian peristiwa drama. Titik Puncak klimaks Konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang. Peristiwa-peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita semakin mencekam dan menegangkan. Pada kisah Romeo dan Juliet, yang merupakan puncak peristiwa adalah peristiwa bunuh diri Romeo karena membayangkan Juliet telah mati. Selanjutnya, setelah sadar dari obat bius yang diberikan pendeta Lorenso, Juliet melihat Romeo telah mati. Akhirnya, Juliet berusaha bunuh diri dengan meminum racun dari botol yang telah digunakan oleh Romeo. 2. Peleraian atau Antiklimaks Pada tahap ini konflik mulai mereda dan ketegangan mulai menurun. Tokoh-tokoh yang memanaskan situasi atau meruncingkan cerita dalam drama mulai menuju pada penyelesaian konflik. Tokoh-tokoh yang saling bertentangan telah menyadari kesalahan dan mulai menemukan penyelesaian. Mereka sudah mengalami pencerahan batin. 3. Penyelesaian atau Akhir Cerita Kematian Juliet dengan ikut meminum racun dapat dianggap penyelesaian cerita. Juliet bukan pergi kepada keluarganya, tetapi memilih bunuh diri bersama orang yang sangat dicintainya. Konflik telah mencapai klimaks dan sudah mulai menurun diberi penyelesaian. Ketegangan antar-tokoh cerita dikendorkan. Konflik dan ketegangan sudah diberi jalan keluar dan cerita diakhiri. Penyajian alur dalam drama diwujudkan dalam urutan babak dan adegan. Babak adalah bagian terbesar dalam sebuah lakon. Pergantian babak dalam pentas drama ditandai dengan layar yang diturunkan atau ditutup, atau lampu panggung dimatikan sejenak. A = eksposisi D = klimaks B = konflik E = penyelesaian C = penanjakan F = akhir catastrophe Penokohan dan Perwatakan Pembahasan tentang penokohan dapat dilakukan berdasarkan kedudukan peran, ciri-ciri, dan sifat karakternya. Menurut kedudukan peran, tokoh dalam teks drama dibedakan menjadi enam jenis. Protagonis tokoh utama yang menggerakkan plot dari awal sampai akhir dan memiliki kehendak tetapi dihalangi oleh tokoh lain. Tokoh protagonis melakukan tindakan yang dianggap baik dan benar sesuai dengan kehidupan masyarakat, sehingga pembaca atau penonton sering berpihak atau membela tokoh protagonis. Antagonis tokoh yang menentang atau melawan tokoh protagonis. Tokoh ini berusa menghalangi keinginan tokoh protagonis. Pembaca atau penonton akan membenci dan merasa marah terhadap perilaku tokoh antagonis karena perbuatannya yang dianggap bertentangan dengan norma kehidupan masyarakat. Deutragonis tokoh lain yang berada di pihak protagonis. Dalam drama biasanya ada satu atau dua tokoh utama protagonis yang dibantu oleh tokoh lain yang turut terlibat sebagai pendukung cerita. Foil tokoh lain yang berada di pihak antagonis. Sebagaimana tokoh Deutragonis, tokoh ini juga berperan sama, ia sebagai pembantu tokoh antagonis yang juga terlibat dalam perkembangan cerita. Tritagonis tokoh yang dipercaya berada di pihak protagonis dan antagonis. Dalam drama biasanya ada satu atau dua tokoh utama yang dibantu oleh tokoh lain yang ikut terlibat sebagai pendukung cerita. Demikian pula halnya tokoh antagonis juga sering dibantu oleh tokoh lain dalam menjalankan perilaku jahatny. Utility tokoh pembantu atau pelengkap untuk mendukung ranglaian cerita dan kesinambungan dramatik Teks atau Naskah Drama Pengungkapan tokoh, penyampaian gagasan dengan alur yang logis, dan penggambaran seting yang jelas akan menciptakan cerita benar-benar hidup. Unsur-unsur penting yang mendukung sebuah drama adalah naskah drama. Salah satu unsur dalam drama yang terpenting yaitu naskah, naskah merupakan unsur paling penting dan merupakan pokok dalam sebuah drama. Naskah drama merupakan karya sastra dua dimensi naskah sebagai dimensi sastra dan drama sebagai dimensi pertunjukkan. Kedua hal tersebut mempunyai keterkaitan satu sama lain. Pengarang menulis naskah drama bukan hanya sampai tahap pembeberan peristiwa untuk dinikmati oleh para pembaca saja, akan tetapi penulisan karya tersebut kemungkinan untuk dipertontonkan di atas panggung. Telah kita ketahi bahwa dilihat dari pengertian drama yang menyatakan bahwa sebuah komposisi yang menceritakan sebuah cerita, biasanya tentang konflik manusia, yang berarti sebuah dialog dan perbuatan sehingga unsur dalam drama haruslah ada naskah drama. Manfaat Drama/Teater Banyak hal yang dapat kita raih dalam bermain drama, baik fisik maupun psikis. Pembicaraan ini tidak akan memisahkan secara rinci antara bermain drama dan teater, karena keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Di bawah ini akan diuraikan manfaat bermain drama atau teater. Meningkatkan pemahaman Meningkatkan pemahaman kita terhadap fenomena dan kejadian-kejadian yang sering kita saksikan dan kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kita menyadari bahwa memahami orang lain merupakan pekerjaan yang paling sulit dan membutuhkan waktu. Untuk itu drama/teater merupakan salah satu cara untuk memecahkannya. Dengan bermain drama atau berteater kita selalu berkumpul dengan orang-orang yang sama sekali berbeda dengan diri kita. Dari segi individual differences inilah kita dituntut untuk memahami orang lain. Pemahaman kita kepada orang lain tidak hanya dilihat dari orangnya, melainkan keseluruhan orang tersebut. Meliputi sifat, watak, cara berbicara, cara bertindak tingkah laku, cara merespon suatu masalah, merupakan keadaan yang harus kita pahami dari orang tersebut. Mempertajam kepekaan emosi Drama melatih kita untuk menahan rasa, melatih kepekaan rasa, menumbuhkan kepekaan, dan mempertajam emosi kita. Rasa kadang kala tidak perlu dirasakan, karena sudah ada dalam diri kita. Perlu diingat bahwa rasa, sebagai sesuatu yang khas, perlu dipupuk agar semakin tajam. Apa yang ada dihadapan kita perlu adanya rasa. Kalau tidak, maka segala sesuatu yang ada akan kita anggap wajar saja. Padahal sebenarnya tidak demikian. Kita semakin peka terhadap sesuatu tentu saja melalui latihan yang lebih. Rasa indah, seimbang, tidak cocok, tidak asyik, tidak mesra adalah bagian dari emosi. Oleh karena itu, perasaan perlu ditingkatkan untuk mencapai kepuasan batin. Drama menyajikan semua itu. Peka panggung, peka kesalahan, peka keindahan, peka suara atau musik, peka lakuan yang tidak enak dan enak, semua berasal dari rasa. Semakin kita perasa semakin halus pula tanggapan kita terhadap sesuatu yang kita hadapi. Pengembangan ujar Naskah drama sebagai genre sastra, hampir seluruhnya berisi cakapan. Cakapan secara tepat, intonasi, maka ujar kita semakin jelas dan mudah dipahami oleh lawan bicara. Kejelasan tersebut dapat membantu pendengar untuk mencerna makna yang ada. Harus ada kata yang ditekankan supaya memudahkan pemaknaan. Dimana kita memberi koma , dan titik .. hampir keseluruhan konjungsi harus diperhatikan selam kita berlatih membaca dalam bermain drama. Suara yang tidak jelas dapat berpengaruh pada pendengar dan lebih-lebih pemaknaan pendengar atau penonton. Di sini perlu adanya kekuatan vokal dan warna vokal yang berbeda dalam setiap situasi. Tidak semua situasi memerlukan vokal yang sama. Tidak semua kalimat harus ditekan melainkan pasti ada yang dipentingkan. Drama memberi semua kemungkinan ini. Sebagai salah satu karya sastra yang harus dipentaskan dan berisi lakuan serta ucapan. Apresiasi dramatik. Apresiasi dramatik dikatakan sebagai pemahaman drama. Realisasi pemahaman ini adalah dengan pernyataan baik dan tidak baik. Kita bisa memberi pernyataan tersebut jika kita tidak pernah mengenal drama. Semakin sering kita menonton pementasan drama semakin luas pula pemahaman kita terhadap drama atau teater. Karena itulah, kita dituntut untuk lebih meningkatkan kecintaan kita terhadap drama. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperoleh wawasan dramatik yang lebih baik. Pembentukan Postur Tubuh Postur berkaitan erat dengan latihan bermain drama, latihan ini dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu dasar dan lanjut. Yang termasuk latihan dasar ini adalah latihan vokal dan latihan olah tubuh. Yang terkait dengan postur adalah olah tubuh. Kelenturan tubuh diperlukan dalam bermain drama, sebab bermain drama memerlukan gerak-gerik. Gerak-gerik inilah yang nantinya dapat membentuk postur tubuh kita sedemikian rupa. Berkelompok Bersosialisasi Bermain drama tidak mungkin dilaksanakan sendirian, kecuali monoplay. Bermain drama, secara umum, dilakukan secara berkelompok atau group. Betapa sulitnya mengatur kelompok sudah kita pahami bersama, bagaimana kita bisa hidup secara berkelompok adalah bergantung pada diri kita sendiri. Masing-masing orang dalam kelompok drama memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama. Tak ada yang lebih dan tak ada yang kurang, semuanya sama rendah dan sama tinggi, sama-sama penting. Untuk itu, drama selalu menekankan pada sikap pemahaman kepada orang lain dan lingkungannya. Kelompok drama harus merupakan satu kesatuan yang utuh. Semua unsur dalam drama tidak ada yang tidak penting, melainkan semuanya penting. Rasa kebersamaan, memiliki, dan menjaga keharmonisan kelompok merupakan tanggung jawab dan tugas semua anggota kelompok itu. Bukan hanya tugas dan tanggung jawab ketua kelompok. Baik buruknya pementasan drama tidak akan dinilai dari salah seorang anggota kelompok tetapi semua orang yang terlibat dalam pementasan. Oleh karena itu, perlu adanya kekompakan, kebersamaan, dan kesatuan serta keutuhan. Menyalurkan hobi Bermain drama dapat juga dikatakan sebagai penyalur hobi. Hobi yang berkaitan dengan sastra secara umum dan drama khususnya. Dalam drama terdapat unsur-unsur sastra. Drama sebagai seni campuran sastra, tari, arsitektur. LATIHAN DASAR Dalam bermain drama ada yang disebut dengan akting. Akting adalah pelafalan dialog yang tertulis di dalam naskah disertai dengan gerak atau gesture. Seorang aktor dikatakan baik apabila ia sanggup membawakan dialog sesuai dengan karakter tokoh yang diperankannya. Dialog itu bisa terdengar volume baik, jelas artikulasi baik, dimengerti lafal benar, dan aktor bisa menghayati sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah. Seorang aktor yang baik akan mampu membawakan dialog tersebut dengan gerak yang pas tidak berlebihan atau dibuat-buat. Ia bergerak dengan leluasa blocking baik tidak ragu ragu meyakinkan, dimengerti sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan, dan juga bisa menghayati sesuai dengan tuntutan peran yang ditentukan dalam naskah. BLOCKING Yang dimaksud dengan blocking adalah kedudukan aktor pada saat di atas pentas. Dalam permainan drama, blocking yang baik sangat diperlukan, oleh karena itu pada waktu bermain kita harus selalu mengontrol tubuh kita agar tidak merusak blocking. Blocking tersebut harus seimbang, utuh, bervariasi dan memiliki titik pusat perhatian serta tidak raguragu, meyakinkan. Kesemuanya itu mempunyai pengertian bahwa gerak yang dilakukan jangan setengah setengah dan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu ragu terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting Bocking harus dimengerti wajar. Apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb. Blocking harus memiliki motivasi yang jelas berarti gerak-gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan peran dalam naskah. Seimbang Seimbang berarti kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda yang ada diatas panggung setting tidak mengelompok di satu tempat, sehingga mengakibatkan adanya kesan berat sebelah. Jadi semua bagian panggung harus terwakili oleh pemain atau benda-benda yang ada di panggung. Penjelasan lebih lanjut mengenai keseimbangan panggung ini akan disampaikan pada bagian mengenai "Komposisi Pentas". Utuh Utuh berarti blocking yang ditampilkan hendaknya merupakan suatu kesatuan. Semua penempatan dan gerak yang harus dilakukan harus saling menunjang dan tidak saling menutupi. Bervariasi Bervariasi artinya bahwa kedudukan pemain tidak disuatu tempat saja, melainkan membentuk komposisi-komposisi baru sehingga penonton tidak jenuh. Keadaan seorang pemain jangan sama dengan kedudukan pemain lainnya. Misalnya sama-sama berdiri, sama-sama jongkok, menghadap ke arah yang sama, dsb. Kecuali kalau memang dikehendaki oleh naskah. Memiliki titik pusat Memiliki titik pusat artinya setiap penampilan harus memiliki titik pusat perhatian. Hal ini penting artinya untuk memperkuat peranan lakon dan mempermudah penonton untuk melihat dimana sebenarnya titik pusat dari adegan yang sedang berlangsung. Antara pemain juga jangan saling mengacau sehingga akan mengaburkan dimana sebenarnya letak titik perhatian. Wajar Wajar artinya setiap penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah tampak wajar, tidak dibuat-buat. Disamping itu setiap penempatan juga harus memiliki motivasi dan harus beralasan. Dalam drama kontemporer kadang-kadang naskah tidak menuntut blocking yang sempurna, bahkan kadang-kadang juga sutradara atau naskah itu sendiri sama sekali meninggalkan prinsip-prinsip blocking. Ada juga naskah yang menuntut adanya gerak-gerak yang seragam diantara para pemainnya. MEDITASI Secara umum arti meditasi adalah mencoba untuk menenangkan pikiran. Dalam teater dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk menenangkan dan mengosongkan pikiran dengan tujuan untuk memperoleh kestabilan diri. Tujuan Meditasi Mengosongkan pikiran. Kita mencoba mengosongkan pikiran kita, dengan jalan membuang segala sesuatu yang ada dalam pikiran kita, tentang berbagai masalah baik itu masalah keluarga, sekolah, pribadi dan sebagainya. Kita singkirkan semua itu dari otak kita agar pikiran kita bebas dari segala beban dan ikatan. Meditasi sebagai jembatan. Disini alam latihan kita sebut sebagai alam "semu", karena segala sesuatu yang kita kerjakan dalam latihan adalah semu, tidak pernah kita kerjakan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi setiap gerak kita akan berbeda dengan kelakuan kita sehari-hari. Untuk itulah kita memerlukan suatu jembatan yang akan membawa kita dari alam kehidupan kita sehari-hari ke alam latihan. Cara meditasi Posisi tubuh tidak terikat, dalam arti tidak dipaksakan. Tetapi yang biasa dilakukan adalah dengan duduk bersila, badan usahakan tegak. Cara ini dimaksudkan untuk memberi bidang/ruangan pada rongga tubuh sebelah dalam. Atur pernapasan dengan baik, hirup udara pelan-pelan dan keluarkan juga dengan perlahan. Rasakan seluruh gerak peredaran udara yang masuk dan keluar dalam tubuh kita. Kosongkan pikiran kita, kemudian rasakan suasana yang ada disekeliling kita dengan segala perasaan. Kita akan merasakan suasana yang hening, tenang, bisu, diam tak bergerak. Kita menyuruh syaraf kita untuk lelap, kemudian kita siap untuk berkonsentrasi. Catatan Pada suatu saat mungkin kita kehilangan rangsangan untuk berlatih, seolah-olah timbul kelesuan dalam setiap gerak dan ucapan. Hal ini sering terjadi akibat diri terlalu lelah atau terlalu banyak pikiran. Jika hal ini tidak diatasi dan kita paksakan untuk berlatih, maka akan sia-sia belaka. Cara untuk mengatasi adalah dengan MEDITASI. Meditasi juga perlu dilakukan bila kita akan bermain di panggung, agar kita dapat mengkonsentrasikan diri kita dengan peran yang hendak kita bawakan. KONSENTRASI Konsentrasi secara umum berarti "pemusatan". Dalam teater kita mengartikannya dengan pemusatan pikiran terhadap alam latihan atau peran-peran yang akan kita bawakan agar kita tidak terganggu dengan pikiran-pikiran lain, sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu yang kita kerjakan. Cara konsentrasi Kita harus melakukan dahulu meditasi. Kita kosongkan dulu pikiran kita, dengan cara-cara yang sudah ditentukan. Kita kerjakan sesempurna mungkin agar pikiran kita benar-benar kosong dan siap berkonsentrasi. Setelah pikiran kita kosong, mulailah memasuki otak kita dengan satu unsur pikiran. Rasakan bahwa saat ini sedang latihan, kita memasuki alam semu yang tidak kita dapati dalam kehidupan sehari-hari. Jangan memikirkan yang lain, selain bahwa kita saat ini sedang latihan teater. Catatan Pada saat kita akan membawakan suatu peran, misalnya sebagai ayah, nenek, gadis pemalu dan sebagainya, baik itu dalam latihan atau pementasan, konsentrasikan pikiran kita pada hal tersebut. Jangan sekali-kali memikirkan yang lain. PERNAPASAN Seorang artis panggung, baik itu dramawan ataupun penyanyi, maka untuk memperoleh suara yang baik ia memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh karena itu ia harus melatih pernapasan/alat-alat pernapasannya serta mempergunakannya secara tepat agar dapat diperoleh hasil yang maksimum, baik dalam latihan ataupun dalam pementasan. Ada empat macam pernapasan yang biasa dipergunakan Pernapasan dada Pada pernapasan dada kita menyerap udara kemudian kita masukkan ke rongga dada sehingga dada kita membusung. Di kalangan orang orang teater pernapasan dada biasanya tidak dipergunakan karena disamping daya tampung atau kapasitas dada untuk udara sangat sedikit, juga dapat mengganggu gerak/akting sang aktor, karena bahu menjadi kaku. Pernapasan perut Dinamakan pernapasan perut jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam perut sehingga perut kita menggelembung. Pernapasan perut dipergunakan oleh sebagian dramawan, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dada. Pernapasan lengkap Pada pernapasan lengkap kita mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan udara, sehingga udara yang kita serap sangat banyak maksimum. Pernapasan lengkap dipergunakan oleh sebagian artis panggung yang biasanya tidak terlalu mengutamakan akting, tetapi mengutamakan vokal. Pernapasan diafragma Diafragma adalah bagian tubuh kita yang terletak diantara rongga dada dan perut. Sedangkan yang dimaksud dengan Pernapasan diafragma adalah ketika sang aktor itu mengambil udara sebanyak-banyaknya kemudian disimpan di diafragma dan rasakan bahwa diafragma itu benar-benar mengembang. Hat ini dapat kita rasakan dengan mengembangnya perut, pinggang, bahkan bagian belakang tubuh di sebelah atas pinggul kita juga turut mengembang. Menurut perkembangan akhir akhir ini, banyak orang teater yang mempergunakan pernapasan diafragma, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dengan pernapasan perut. Latihan latihan pernapasan Pertama kita menyerap udara sebanyak mungkin. Kemudian masukkan ke dalam dada, kemudian turunkan ke perut, sampai di situ napas kita tahan. Dalam keadaan demikian tubuh kita gerakkan turun sampai batas maksimurn bawah. Setelah sampai di bawah, lalu naik lagi ke posisi semula, barulah napas kita keluarkan kembali. Cara kedua adalah menarik napas dan mengeluarkannya kembali dengan cepat. Cara berikutnya adalah menarik napas dalam dalam, kemudian keluarkan lewat mulut dengan mendesis, menggumam, ataupun cara cara lain. Di sini kita sudah mulai menyinggung vokal. *Catatan Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai, disarankan agar janganlah beralih ke bentuk pernapasan yang lain. VOKAL Untuk menjadi seorang pemain drama yang baik, maka dia harus mernpunyai dasar vokal yang baik pula. "Baik" di sini diartikan sebagai berikut - dapat terdengar dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang paling belakang, - jelas artikulasi/pengucapan yang tepat, - tersampaikan misi pesan dari dialog yang diucapkan, dan - tidak monoton. Untuk mempunyai vokal yang baik ini, maka perlu dilakukan latihan latihan vokal. Banyak cara, yang dilakukan untuk melatih vokal, antara lain Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menghentakan suara "wah…" dengan energi suara. Lakukan ini berulang kali. Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menggumam "mmm…mmm…" suara keluar lewat hidung. Sama dengan latihan kedua, hanya keluarkan dengan suara mendesis,"ssss……." Hirup udara banyak banyak, kemudian keluarkan vokal "aaaaa……." sampai batas napas yang terakhir. Nada suara jangan berubah. Sama dengan latihan di atas, hanya nada tinggi rendah suara diubah-ubah naik turun dalam satu tarikan napas Keluarkan vokal "a…..a……" secara terputus-putus. Keluarkan suara vokal "a i u e o", "ai ao au ae ", "oa oi oe ou", "iao iau iae aie aio aiu oui oua uei uia ......" dan sebagainya. Berteriaklah sekuat kuatnya sampai ke tingkat histeris. Bersuara, berbicara, berteriak sambil berialan, jongkok, bergulung gulung, berlari, berputar putar dan berbagai variasi lainnnya. *Catatan Apabila suara kita menjadi serak karena latihan latihan tadi, janganlah takut. Hal ini biasa terjadi apabila kita baru pertama kali melakukan. Sebabnya adalah karena lendir lendir di tenggorokan terkikis, bila kita bersuara keras. Tetapi bila kita sudah terbiasa, tenggorokan kita sudah agak longgar dan selaput suara larink sudah menjadi elastis. Maka suara yang serak tersebut akam menghilang dengan sendirinya. Dan ingat, janganlah terlalu memaksa alat alat suara untuk bersuara keras, sebab apabila dipaksakan akan dapat merusak alat alat suara kita. Berlatihlah dalam batas-batas yang wajar. Latihan ini biasanya dilakukan di alam terbuka. misalnya di gunung, di tepi sungai, di dekat air terjun dan sebagainya. Di sana kita mencoba mengalahkan suara suara di sekitar kita, disamping untuk menghayati karunia Tuhan. ARTIKULASI Artikulasi yang dimaksud adalah pengucapan kata melalui mulut agar terdengar dengan baik dan benar serta jelas, sehingga telinga pendengar/penonton dapat mengerti pada kata kata yang diucapkan. Pada pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab yang mongakibatkan terjadinya artikulasi yang kurang/tidak benar, yaitu Cacat artikulasi alam cacat artikulasi ini dialami oleh orang yang berbicara gagap atau orang yang sulit mengucapkan salah satu konsonon, misalnya "r", dan sebagainya. Artikulasi jelek ini bukan disebabkan karena cacat artikulasi, melainkan terjadi sewaktu waktu. Hal ini sering terjadi pada pengucapan naskah/dialog. Misalnya Kehormatan menjadi kormatan, menyambung menjadi mengambung, dan sebagainya. Artikulasi jelek disebabkan karena belum terbiasa pada dialog, pengucapan terlalu cepat, gugup, dan sebagainya. Sedangkan artikulasi menjadi tak tentu hal ini terjadi karena pengucapan kata/dialog terlalu cepat, seolah olah kata demi kata berdempetan tanpa adanya jarak sama sekali. Untuk mendapatkan artikulasi yang baik maka kita harus melakukan latihan Mengucapkan alfabet dengan benar, perhatikan bentuk mulut pada setiap pengucapan. Ucapkan setiap huruf dengan nada nada tinggi, rendah, sengau, kecil, besar, dsb. Juga ucapkanlah dengan berbisik. Variasikan dengan pengucapan lambat, cepat, naik, turun, dsb Membaca kalimat dengan berbagai variasi seperti di atas. Perhatikan juga bentuk mulut. GESTIKULASI Gestikulasi adalah suatu cara untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada kata atau kalimat pada sebuah dialog. Jadi seperti halnya artikulasi, gestikulasi pun merupakan bagian dari dialog, hanya saja fungsinya yang berbeda. Gestikulasi tidak disebut pemenggalan kalimat karena dalam dialog satu kata dengan satu kalimat kadang kadang memiliki arti yang sama. Misalnya kata "Pergi !!!!" dengan kalimat "Angkat kaki dari sini !!!". Juga dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang berbentuk "Lalu ?" , "Kenapa ?" atau "Tidak !" dan sebagainya. Karena itu diperlukan suatu ketrampilan dalam memenggal kata pada sebuah dialog. Gestikulasi harus dilakukan, sebab kata kata yang pertama dengan kata berikutnya dalam sebuah dialog dapat memiliki maksud yang berbeda. Misalnya "Tuan kelewatan. Pergi!". Antara "Tuan kelewatan" dan "Pergi" harus dilakukan pemenggalan karena antara keduanya memiliki maksud yang berbeda. Hal ini dilakukan agar lebih lancar dalam memberikan tekanan pada kata. Misalnya "Tuan kelewatan"....... mendapat tekanan, "Pergi…." mendapat tekanan. INTONASI Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan intonasi, maka akan terasa monoton, datar dan membosankan. Yang dimaksud intonasi di sini adalah tekanan tekanan yang diberikan pada kata, bagian kata atau dialog. Dalam tatanan intonasi, terdapat tiga macam, yaitu Tekanan Dinamik keras lemah Ucapkanlah dialog pada naskah dengan melakukan penekanan penekanan pada setiap kata yang memerlukan penekanan. Misainya saya pada kalimat "Saya membeli pensil ini" Perhatikan bahwa setiap tekanan memiliki arti yang berbeda. Misal SAYA membeli pensil ini. Saya, bukan orang lain Saya MEMBELI pensil ini. Membeli, bukan, menjual Saya membeli PENSIL ini. Pensil, bukan buku tulis Tekanan Nada tinggi Cobalah mengucapkan kalimat/dialog dengan memakai nada/aksen, artinya tidak mengucapkan seperti biasanya. Yang dimaksud di sini adalah membaca/mengucapkan dialog dengan Suara yang naik turun dan berubah ubah. Jadi yang dimaksud dengan tekanan nada ialah tekanan tentang tinggi rendahnya suatu kata. Tekanan Tempo Tekanan tempo adalah memperlambat atau mempercepat pengucapan. Tekanan ini sering dipergunakan untuk lebih mempertegas apa yang kita maksudkan. Untuk latihannya cobalah membaca naskah dengan tempo yang berbeda beda. Lambat atau cepat silih berganti. WARNA SUARA Hampir setiap orang memiliki warna suara yang berbeda. Demikian pula usia sangat mempengaruhi warna suara. Misalnya saja seorang kakek, akan berbeda warna suaranya dengan seorang anak muda. Seorang ibu akan berbeda warna suaranya dengan anak gadisnya. Apalagi antara laki laki dengan perempuan, akan sangat jelas perbedaan warna suaranya. Jadi jelaslah bahwa untuk membawakan suatu dialog dengan baik, maka selain harus memperhatikan artikulasi, gestikulasi dan intonasi, harus memperhatikan juga warna suara. Sebagai latihan dapat dicoba merubah rubah warna suara dengan menirukan warna suara seorang tua, pengemis, anak kecil, dan lain sebagainya. Selain mengenai dasar dasar vokal di atas, dalam sebuah dialog diperlukan juga adanya suatu penghayatan. Mengenai penghayatan ini akan diterangkan dalam bagian tersendiri. Untuk latihan cobalah membaca naskah berikut ini dengan menggunakan dasar dasar vokal seperti di atas. Kang Dul masuk tergopoh gopoh Kang Dul Aduh Mas….e…..e…..itu, Mas…. Anu…. Mas….a….a….ada mahasiswa bawa mobil, pakaiannya bagus. Saya takut, Mas, mungkin dia orang kota, Mas. Bambang Goblog ! Kenapa Takut ? Kenapa tidak kau kumpulkan saja orang-orangmu untuk mengusirnya ? Pak Slamet kepada Bambang Kau lebih-lebih Goblog ! Kau membohongi saya ! Kau tadi lapor apa ?! Sudah tidak ada orang kota yang masuk ke daerah kita, hei ! sambil mencengkeram Bambang. Bambang Sungguh, Pak, sudah lama tidak ada orang kota yang masuk. Pak Slamet membentak sambil mendorong Diam Kamu ! kepada Kang Dul Di mana dia sekarang ? Kang Dul Di sana Pak, nongkrong di kantin sambil main leptop. OLAH TUBUH Sebelum kita melangkah lebih jauh untuk mempelajari seluk beluk gerak, maka terlebih dahulu kita harus mengenal tentang olah tubuh. Olah tubuh bisa juga dikatakan senam, sangat perlu dilakukan sebelum kita mengadakan latihan atau pementasan. Dengan berolah tubuh kita akan, mendapat keadaaan atau kondisi tubuh yang maksimal. Selain itu olah tubuh juga mempunyai tujuan melatih atau melemaskan otot otot kita supaya elastis, lentur, luwes dan supaya tidak ada bagian bagian tubuh kita yang kaku selama latihan-latihan nanti. Pelaksanaan olah tubuh Pertama sekali mari kita perhatikan dan rasakan dengan segenap panca indera yang kita punyai. Dengan memakai rasa kita perhatikan seluruh tubuh kita, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sekarang mari kita menggerakkan tubuh kita. Jatuhkan kepala ke depan. Kemudian jatuhkan ke belakang, ke kiri, ke kanan. Ingat kepala/leher dalam keadaan lemas, seperti orang mengantuk. Putar kepala pelan pelan dan rasakan lekukan lekukan di leher, mulai dari muka. kemudian ke kiri, ke belakang dan ke kanan. Begitu seterusnya dan lakukan berkali kali. Ingat, pelan pelan dan rasakan ! Putar bahu ke arah depan berkali kali, juga ke arah belakang. Pertama satu-persatu terlebih dahulu, baru kemudian bahu kiri dan kanan diputar serentak. Putar bahu kanan ke arah depan, sedangkan bahu kiri diputar ke arah belakang. Demikian pula sebaliknya. Rentangkan tangan kemudian putar pergelangan tangan, putar batas siku, putar tangan keseluruhan. Lakukan berkali kali, pertama tangan kanan dahulu, kemudian tangan kiri, baru bersama sama. Putar pinggang ke kiri, depan, kanan, belakang. Juga sebaliknya. Ambil posisi berdiri yang sempurna, lalu angkat kaki kanan dengan tumpuan pada kaki kiri. Jaga jangan sampai jatuh. Kemudian putar pergelangan kaki kanan, putar lutut kanan, putar seluruh kaki kanan. Kerjakan juga pada kaki kiri sesuai dengan cara di atas. Sebagai pembuka dan penutup olah tubuh ini, lakukan iari lari di tempat dan meloncat loncat. Macam Macam Gerak Setiap orang memerlukan gerak dalam hidupnya. Banyak gerak yang dapat dilakukan manusia. Dalam latihan dasar teater, kita juga harus mengenal dengan baik bermacam macam gerak Latihan latihan mengenai gerak ini harus diperhatikan secara khusus oleh seseorang yang berkecimpung dalam bidang teater. Pada dasarnya gerak dapat dibagi menjadi dua, yaitu Gerak teaterikal Gerak teaterikal adalah gerak yang dipakai dalam teater, yaitu gerak yang lahir dari keinginan bergerak yang sesuai dengan apa yang dituntut dalam naskah. Jadi gerak teaterikal hanya tercipta pada waktu memainkan naskah drama. Gerak non teaterikal Gerak non teaterikal adalah gerak kita dalam kehidupan sehari hari. Gerak yang dipakai dalam teater gerak teaterikal ada bermacam macam, secara garis besar dapat kita bagi menjadi dua, yaitu gerak halus dan gerak kasar. Gerak Halus Gerak halus adalah gerak pada raut muka kita atau perubahan mimik, atau yanq lebih dikenal lagi dengan ekspresi. Gerak ini timbul karena pengaruh dari dalam/emosi, misalnya marah, sedih, gembira, dan sebagainya. Gerak Kasar Gerak kasar adalah gerak dari seluruh/sebagian anggota tubuh kita. Gerak ini timbul karena adanya pengaruh baik dari luar maupun dari dalam. Gerak kasar masih dapat dibagi menjadi empat bagian. yaitu Business, adalah gerak gerak kecil yang kita lakukan tanpa penuh kesadaran Gerak ini kita lakukan secara spontan, tanpa terpikirkan refleks. Misalnya - sewaktu kita sedang mendengar alunan musik, secara tak sadar kita menggerak gerakkan tangan atau kaki mengikuti irama musik. - sewaktu kita sedang belajar/membaca, kaki kita digigit nyamuk. Secara refleks tangan kita akan memukul kaki yang tergigit nyamuk tanpa kehilangan konsentrasi kita pada belajar. Gestures, adalah gerak gerak besar yang kita lakukan. Gerak ini adalah gerak yang kita lakukan secara sadar. Gerak yang terjadi setelah mendapat perintah dari diri/otak kita Untuk melakukan sesuatu, misalnya saja menulis, mengambil gelas, jongkok, dsb. Movement, adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Gerak ini tidak hanya terbatas pada berjalan saja, tetapi dapat juga berupa berlari, bergulung gulung, melompat, dsb. Guide, adalah cara berjalan. Cara berjalan disini bisa bermacam-macam. Cara berjalan orang tua akan berbeda dengan cara berjalan seorang anak kecil, berbeda pula dengan cara berjalan orang yang sedang mabuk, dsb. Setiap gerakan yang kita lakukan harus mempunyai arti, motif dan dasar. Hal ini harus benar-benar diperhatikan dan harus diyakini benar-benar oleh seorang pemain apa maksud dan maknanya ia melakukan gerakan yang demikian itu. Dalam latihan gerak, kita mengenal latihan "gerak-gerak dasar". Latihan mengenai gerak-gerak dasar ini kita bagi menjadi tiga bagian, yaitu - Gerak dasar bawah posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini kita hanya boleh bergerak sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak sampai pada batas kepala kita. - Gerak dasar tengah posisi kita saat ini dalam keadaan setengah berdiri. Di sini kita diperbolehkan bergerak mulai dari bawah sampai diatas kepala. - Gerak dasar atas di sini kita boleh bergerak sebebas-bebasnya tanpa ada batas. Dalam melakukan gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk berimprovisasi / menciptakan gerak-gerak yang bebas, indah dan artistik. Latihan-latihan gerak yang lain Latihan cermin. Dua orang berdiri berhadap-hadapan satu sama lain. Salah seorang lalu membuat gerakan dan yang lain menirukannya, persis seperti apa yang dilakukan temannya, seolah-olah sedang berdiri didepan cermin. Latihan ini dilakukan bergantian. Latihan gerak dan tatap mata Sama dengan latihan cermin, hanya waktu berhadapan mata kedua orang tadi saling tatap, seolah kedua pasang mata sudah saling mengerti apa yang akan digerakkan nanti. Latihan melenturkan tubuh Seseorang berdiri dalam keadaan lemas. Kemudian seorang lagi membantu mengangkat tangan temannya. Setelah sampai atas dijatuhkan. Dapat juga sebelum dijatuhkan lengan / tangan tersebut diputar-putar terlebih dahulu. Latihan gerak bersama Suatu kelompok yang terdiri dari beberapa orang melakukan gerakan yang sama seperti dilakukan oleh pemimpin kelompok tersebut, yang berdiri didepan mereka. Latihan gerak mengalir Suatu kelompok yang terdiri beberapa orang saling bergandengan tangan, membentuk lingkaran. Kemudian salah seorang mulai melakukan gerakan menggerakkan tangan atau tubuh dan yang lain mengikuti gerakan tangan orang yang menggandeng tangannya. Selama melakukan gerakan, tangan kita jangan sampai terlepas dari tangan teman kita. Latihan ini dilakukan dengan memejamkan mata dan konsentrasi, sehingga akan terbentuk gerakan yang artistik. GERAK DAN VOKAL Setelah kita berlatih tentang vokal dan gerak secara terpisah, maka sekarang kita mencoba untuk memadukan antara vokal dan gerak. Banyak bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain mengucapkan kalimat yang panjang sambil berlari-lari, melompat, jongkok, bergulung-gulung, atau juga bisa dengan memutar-mutar kepala, memutar-mutar tubuh, dan sebagainya. Latihan ini berguna sekali bagi kita pada waktu acting. Tujuannya adalah agar vokal dan gerak kita selalu serasi, agar gerak kita tidak terlalu banyak berpengaruh pada vokal. PENGGUNAAN PANCAINDERA Manusia yang normal dikaruniai Tuhan dengan lima panca indera secara utuh. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menggunakan panca indera kita tersebut, baik secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri. Dalam teater kita juga harus menggunakan indera kita dengan baik agar dapat memainkan suatu peran dengan baik pula. Supaya alat-alat indera kita dapat bekerja semaksimal mungkin, tentu saja harus dilatih. Hal ini sangat perlu dalam teater untuk membantu kita dalam membentuk ekspresi. Bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain Mata Duduk bersila sambil menatap suatu titik di dinding. Konsentrasi hanya pada titik tersebut. Usahakan menatap titik tersebut tanpa berkedip, selama mungkin. Telinga Duduk bersila, pejamkan mata. Sementara itu seseorang mengetuk-ngetuk sesuatu pada beberapa macam benda, dimana setiap benda memiliki nada / suara yang berlainan. Hitunglah berapa kali ketukan pada benda yang sudah ditentukan. Duduklah ditepi jalan yang ramai, sambil memejamkan mata. Cobalah untuk mengenali suara apa saja yang masuk ke telinga, misalnya suara truk, bus, sepeda motor, suara tawa seseorang diatas sepeda motor, suara sepatu diatas trotoar,dsb. Hidung Duduk ditepi jalan sambil memejamkan mata, kemudian cobalah untuk mengenali bau apa yang ada disekitar kita. Misalnya bau keringat orang yang lewat didepan kita, bau parfum, asap knalpot, asap rokok, atau tanah yang baru disiram hujan, dsb. Ciumlah tangan, kaki, pakaian, dan jika bisa seluruh tubuh kita, rasakan dan hayati benar-benar bagaimana baunya. Kulit Rabalah tangan, kaki, kepala dan seluruh tubuh kita, juga pakaian kita. Rasakan dan kenalilah tubuh kita itu, cari perbedaan antara setiap tubuh. Rabalah dinding, lantai, meja, atau benda-benda lain. Perhatikanlah bagaimana rasanya, dingin atau panas. Juga sifatnya halus atau kasar dan coba juga mengenali bentuknya. Lakukan latihan ini dengan mata terpejam. Lidah Rabalah dengan lidah bagaimana bentuk mulut kita, bagaimana bentuk gigi, langit-langit, bibir, dan sebagainya. Rasakan dengan menjilat, bagaimana rasa dari sebuah kancing baju, sapu tangan, batang pensil, tangan yang berkeringat,dsb. KARAKTERISASI Karakterisasi adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh yang diperankan. Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang yang berkarakter. Jadi seorang pemain drama yang baik harus bisa menampilkan karakter dari tokoh yang diperankannya dengan tepat. Dengan demikian penampilannya akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya menjadi figur dari seorang tokoh saja, melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut. Agar kita dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang dituntut naskah, maka kita harus terlebih dahulu mengenal watak dari tokoh tersebut. Suatu misal, kita dapat peran menjadi seorang pengemis. Nah, kita harus mengenal secara lengkap bagaimana sifat-sifatnya, tingkah lakunya, dsb. Apakah dia seorang yang licik, pemberani, atau pengecut, alim, ataukah hanya sekedar kelakuan yang dibuat-buat. Demikianlah, kita menyadari bahwa untuk memerankan suatu tokoh, kita tidak hanya memerankan jabatannya, tetapi juga wataknya. Misalnya Tokoh A … jabatan lurah … watak licik, pura-pura, pengecut Tokoh B … jabatan jongos … watak baik hati, ramah, jujur, mengalah Untuk melatih karakteristik dapat dipakai cara sebagai berikut Dengan menirukan gerak-gerak dasar yang biasa dilakukan oleh pengemis, kakek, anak kecil, pemabuk, orang buta, dsb. yang dimaksud dengan gerak-gerak dasar disini adalah cirri-ciri khas Dua orang atau lebih, berdiri dan berkonsentrasi, kemudian salah satu memberi perintah kepada temannya untuk bertindak / berlaku sebagai tokoh dari apa yang diceritakan. Untuk membantu memberi suasana, dapat memakai musik pengiring. Untuk memperdalam mengenai karakteristik, maka agaknya perlu juga kita mempelajari observasi, ilusi, imajinasi dan emosi. Untuk itu marilah kita kenali satu persatu. OBSERVASI Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari / mengamati seorang tokoh. Bagaimana tingkah lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya, cara bicaranya, dsb. Setelah kita mengenal segala sesuatu tentang tokoh tersebut, kita akan mengetahui wujud dari tokoh itu. Setelah itu baru kita menirukannya. Dengan demikian kita akan menjadi tokoh yang kita ingini. ILUSI Ilusi adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa pengalaman, hasil observasi, mimpi, apa yang dilihat, dirasakan, ataupun angan-angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dan lain sebagainya. Cara-cara melatihnya antara lain Menyampaikan data-data tentang suatu kecelakaan, kebakaran, dsb. Bercerita tentang perjalanan keliling pulau Jawa, ketika dimarahi guru, dsb. Menyampaikan pendapat tentang lingkungan hidup, sopan santun dikampung, dsb. Menyampaikan keinginan untuk menjadi raja, polisi, dewa, burung, artis, dsb. Berangan-angan bahwa kelak akan terjadi perang antar planet, dsb. IMAJINASI Imajinasi adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Kalau ilusi obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau sesuatu yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada benda-benda yang kongkrit. Juga diatas pentas, penonton akan melihat bahwa apa yang ditampilkan tampak benar-benar terjadi walaupun sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar dialami sang pelaku. Kemampuan untuk berimajinasi benar-benar diuji bilamana kita sedang memainkan sebuah pantomim. Sebagai contoh, dalam naskah OBSESI, terjadi dialog antara pemimpin koor dengan roh suci. Roh suci disini hanya terdengar suaranya, tetapi pemain harus menganggap bahwa roh suci benar-benar ada. Dalam contoh lain dapat kita lihat pada sebuah naskah yang didalamnya terdapat sebuah dialog, sebagai berikut "Hei letnan, coba perhatikan perempuan berkaca mata gelap didepan toko itu. Perhatikan topi dan tas hitam yang dipakainya. Rasa-rasanya aku pernah melihat tas dan topi itu dipakai Nyonya Lisa beberapa saat sebelum terjadi pembunuhan". Yang dibicarakan tokoh diatas sebenarnya hanya khayalan saja. Perempuan berkaca mata gelap, bertopi, dan bertas hitam tidak terlihat atau tidak tampak dalam pentas. Telah disebutkan bahwa obyek imajinasi adalah benda atau sesuatu yang dibendakan, termasuk disini segala sifat dan keadaannya. Sebagai latihan dapat dipakai cara-cara sebagai berikut Sebutkan sebanyak mungkin benda-benda yang terlintas di otak kita. Jangan sampai menyebutkan sebuah benda lebih dari satu kali. Sebutkan sebuah benda yang tidak ada disekitar kita kemudian bayangkan dan sebutkan bentuk benda itu, ukurannya, sifatnya, keadaannya, warna, dsb. Menganggap atau memperlakukan sebuah benda lain dari yang sebenarnya. Contohnya, menganggap sebuah batu adalah suatu barang yang sangat lucu, baik itu bentuknya, letaknya, dsb. Sehingga dengan memandang batu tersebut kita jadi tertawa terpingkal-pingkal. Menganggap sesuatu benda memiliki sifat yang berbeda-beda. Misalnya sebuah pensil rasanya menjadi asin, pahit, manis kemudian berubah menjadi benda yang panas, dingin, kasar, dsb. EMOSI Emosi dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah, benci, bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna bagi tokoh yang diperankan dan untuk menunjang karakter tokoh tersebut. Emosi juga sangat mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku, roman muka ekspresi, pengucapan dialog, pernapasan, niat. Niat disini timbul setelah emosi itu terjadi, misalnya setelah marah maka tinbul niat untuk memukul, dsb. PENGHAYATAN Penghayatan adalah mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk diterpakan tubuh kita. Misalnya pada waktu kita berperan sebagai Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi, maka saat itu kita tidak lagi berperan sebagai diri kita sendiri melainkan menjadi Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi. Hal inilah yang harus kita terapkan dengan baik jika kita akan memainkan sebuah naskah drama. Cara-cara yang dipergunakan dalam penghayatan adalah Pelajari naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui apa yang dikehendaki oleh naskah, problema apa yang ditonjolkan, serta apa titik tolak dan inti dari naskah. Melakukan gerak serta dialog yang terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah mendapat gambaran tentang akting dari tokoh yang akan kita perankan. Sebagai latihan cobalah membaca sebuah naskah / dialog dengan diiringi musik sebagai pembantu pemberi suasana. Hayati dulu musiknya baru mulailah membaca. KOMPOSISI PENTAS Komposis pentas adalah pembagian pentas menurut bagian-bagian yang tertentu. Komposisi pentas ini dibuat untuk membantu blocking, dimana setiap bagian pentas mempunyai arti tersendiri. Kadar kekuatan pentas dapat dilihat pada urutan penempatannya. Bagian depan lebih kuat daripada bagian belakang. Bagian kanan lebih kuat daripada bagian kiri. Oleh karena itu jangan menempatkan diri atau benda yang kadar kekuatannya tinggi pada bagian yang kuat. Carilah tempat-tempat yang sesuai agar blocking kelihatan seimbang. Walaupun demikian harus tetap dalam batas-batas yang wajar, jangan terlalu dibuat-buat. DAFTAR PUSTAKA Tambajong, Yapi. 1981. Dasar-dasar Dramaturgi. Pustaka Prima Jakarta. Tarigan, Henry Guntur. 1985. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung Angkasa. Sumardjo, Jacob & Saini KM. 1991. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta Gramedia Pustaka Utama.
emosi dalam drama dapat berupa